Delman melaju di jalanan aspal
Berpacu di antara kemacetan ibu kota
Menembus bunyi klakson dan umpatan
Tanjidor bergemuruh di tepi Setu Babakan
Mengarak ondel-ondel menari jejingkrakan
Hilang sudah keluh kesah. Hanya keriaan
Penari topeng meliuk-liuk di pelataran
Gambang mengalun di antara gelak tawa
Di Betawi, orang menyebutnya Jakarta
Lima pesilat berpeci merah mulai beraksi
Berbalas pantun membuka keramaian
Lebaran Betawi, orang menyebutnya pesta
Lenong berseru di ujung panggung
Tontonan sarat tuntunan ramai pengunjung
Si Jantuk sampai terantuk, aduh biyung
Bir pletok mulai dituang, kerak telor dihidang
Gabus pucung, nasi uduk dan putu mayang
Doa dipanjatkan sebelum makan, syukuran.
Tiba azan subuh berkumandang.
Penari, pesilat, lenong dan topeng pulang
Keramaian, keriaan, syukuran usai sudah
Si Jantuk menjadi satpam, di mal bilangan
Pesilat menjaga parkir di sudut pasar
Penari menjemur pakaian di dalam gang
Di kota yang katanya Ibu kota
Budaya dianggap hanya cuci mata
Sejuk sementara, hilang setelahnya
Dian Albatami untuk Inspirasiana
24/02/21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H