Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Duhai Guru, Penting Ingat Lagi Empat Prinsip Belajar Anak Didik

4 Februari 2021   12:45 Diperbarui: 4 Februari 2021   13:21 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chelsea Islan saat mendampingi belajar siswa Indonesia Timur.(DOK.Taman Bacaan Pelangi)

Memiliki prinsip menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menjalani kehidupan. Bayangkan jika kita tak memiliki prinsip, menjalani hidup menjadi tidak ada pegangan dan arah tujuan yang jelas.

Prinsip secara sederhana dapat kita maknai sebagai sebuah pegangan atau landasan. Dalam KBBI, prinsip diartikan sebagai asas; kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya.

Ketika kita memiliki pegangan dan asas dalam menjalani hidup, maka kita akan mengetahui langkah apa dan mana yang akan kita tuju. Dan jika kita mampu berkomitmen atas prinsip yang sudah kita bangun, maka kita akan mendapatkan kemaksimalan dari apa yang akan kita raih.

Segala sesuatu sudah selayaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip yang telah dibangun, begitu pula dalam proses belajar. Proses belajar membutuhkan prinsip dalam pelaksaannya agar tidak melenceng jauh dari makna belajar.

Oleh karena itu, menjadi sebuah keharusan bagi seorang guru untuk tidak melupakan prinsip belajar dalam kegiatan belajar mengajarnya. Ketika guru sedikit saja lupa akan prinsip belajar yang sesungguhnya, maka dikhawatirkan proses belajar anak didik justru mengalami hambatan yang berarti.

Maka dari itu, mari kita ingat kembali prinsip belajar yang perlu diperhatikan oleh guru. Apa saja itu?

Pertama: Siswa yang belajar, bukan orang lain.

Menurut Cronbach (1954), belajar ditunjukkan dengan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Dari sini dapat kita pahami bahwa belajar adalah sebuah pengalaman. Dengan pengalaman tersebut seorang anak didik menggunakan seluruh pancaindranya.

Apapun yang dipelajari oleh anak didik, sudah semestinya ia yang harus belajar. Dalam artian, siswa itu sendiri yang harus aktif bukan malah orang lain, termasuk diantaranya jika guru ataupun orangtua terlalu mengambil alih proses belajar siswa.

Sebagai contoh, siswa hanya disuruh mendengarkan penjelasan guru, mencatat tulisan-tulisan yang banyak tanpa adanya praktik langsung, maka siswa sangat minim memperoleh pengalaman belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun