"Apakah memang dunia yang terlalu sibuk, atau malah batin saya?"
Di masa modern sekarang, dunia terasa serba cepat dengan perkembangan teknologi yang tidak pernah melambat, dari mobil yang dapat dikendalikan otomatis tanpa supir hingga robot yang dapat menyapu dan membersihkan lantai rumah. Bahkan media sosial yang digunakan sehari-hari sekarang didesain dengan teknik algoritma khusus untuk menarik perhatian penggunanya yang kemudian tidak jarang berkembang menjadi sebuah kecanduan.Â
Arus dunia serba cepat ini juga mengikutsertakan manusia yang dituntut untuk bergerak, berpikir, dan bekerja tanpa kenal waktu. Manusia cenderung berfokus pada hal-hal besar dan menarik perhatian seperti berita perkembangan politik, mengabaikan hal-hal sederhana yang membahagiakan seperti menikmati sepiring telur ceplok yang garing, tetapi  kuningnya masih setengah matang buatan Ibu. Waktu dan ketenangan jiwa menjadi harga yang harus dibayar untuk tetap up to date.Â
Haemin Sunim lewat bukunya yang berjudul, "The Things You Can See Only When You Slow Down: Cara untuk Tetap Tenang dan Berkesadaran di Tengah Dunia yang Serba Cepat" memberikan jawaban dari kekhawatiran modern sekaligus praktik hidup berkesadaran yang dapat membantu pembaca 'ngobrol dan duduk tenang' dengan berbagai permasalahan modern yang pembaca alami.Â
Penulis buku ini adalah Haemin Sunim yang merupakan biksu Buddha Zen dan penulis terkenal yang berasal dari Korea Selatan. Â Sebelum memutuskan menjadi seorang biksu, Haemin lahir dengan nama Ryan Bongsuk Joo pada 12 Desember 1973 dan menempuh pendidikan perfilman di UC Berkeley, Harvard dan Princeton. Setelah selesai menempuh pendidikannya, Haemin banting setir dan memilih untuk mendedikasikan hidupnya menjadi seorang biksu dan mengajar agama Buddha di Hampshire College di Massachusetts, Amerika Serikat.Â
Bermula dari cuitan iseng di Twitter dan tulisan yang ia bagikan di Facebook, Haemin Sunim mulai mendapatkan pesan terima kasih dari pembaca yang merasa diubah hidupnya hingga tawaran untuk membukukan tulisannya dalam sebuah buku. Ketenarannya di media sosial memberikannya julukan sebagai "Media Star Monk" dan "Mega Monk".
Walaupun buku ini ditulis oleh seorang biksu, setiap kalimat yang ditulis oleh Haemin Sunim merefleksikan permasalahan modern yang dapat dialami siapa pun  terlepas agama yang dianut. Buku ini terdiri dari 8 bagian pembahasan, yaitu: istirahat, kesadaran, gairah, hubungan, cinta, kehidupan, masa depan, dan spiritualitas.
Sedikit berbeda dengan buku Self Improvement biasanya, setiap bab dari buku ini dimulai dengan sebuah esai pendek dan diikuti dengan barisan pesan pendek yang untuk direnungkan. Haemin Sunim juga menyarankan untuk membaca buku ini selambat mungkin tanpa rasa tergesa-gesa guna merefleksikan setiap kalimat tersebut ke permasalahan hidup pembaca. Â
Terdapat sebuah bagian tulisan dari Haemin Sunim yang membantu penulis melewati tahun 2020 yang serba cepat sekaligus serba tidak pasti. Haemin Sunim memberikan tiga wawasan sebagai cara yang perlu kita lakukan agar bisa bahagia.Â
Wawasan yang pertama adalah tidak perlu menghabiskan waktu dalam hidup kita untuk mengkhawatirkan penampilan kita di mata orang lain. Sebenarnya orang-orang tidak sepeduli tentang penampilan kita daripada yang kita kira. Kita tidak ingat pakaian ataupun gaya rambut dari teman yang kita temui minggu lalu. Jika kita sendiri tidak ingat, bagaimana mungkin teman kita mengingat hal yang sama tentang diri kita?Â