Jika kita telusuri, ada sejumlah berita hoaks yang biasanya menyertai peningkatan status aktivitas gunung berapi dan letusan gunung.
Pertama, hoaks video dan foto letusan
Jenis hoaks pertama adalah hoaks video dan foto letusan yang segera viral di media sosial dan media perpesanan seperti WhatsApp dan Telegram.
Lazimnya video dan foto hoaks yang beredar menunjukkan letusan dahsyat yang membuat kita takut. Sangat jarang video dan foto hoaks memperlihatkan yang sebaliknya, yaitu letusan kecil.
Salah satu ciri khas hoaks adalah menebarkan ketakutan. Kadang pula hoaks ini diciptakan untuk mengejar klik bagi media atau kanal YouTube abal-abal. Kadang pula sebagai upaya pansos (panjat sosial) atau usaha cari popularitas bagi warga(net) di media sosial.
Contoh berita bohong ini terjadi awal Desember tahun ini. Sebuah video Twitter dikisahkan sebagai video letusan Gunung Semeru di Jawa Timur. Ternyata hoaks belaka.
Ciri khas video dan foto hoaks adalah juga bahwa video dan foto itu tidak diunggah media dan lembaga tepercaya. Video dan foto hoaks biasanya dibumbui narasi menakutkan dan bombastis. Juga diawali atau diakhiri dengan ajakan untuk ikut menyebarkan berita itu.
Kedua, hoaks jangkauan lahar dan awan panas
Baru-baru ini, beredar pula hoaks jangkauan lahar dan awan panas Gunung Merapi yang dikabarkan bisa mencapai radius 10 kilometer dari puncak. Tentu saja hoaks ini membuat panik warga sekitar Merapi.
Setelah dikonfirmasi ke lembaga resmi, ternyata terbukti palsu. Si pembuat hoaks sangat patut dihukum pidana karena telah menyebabkan ketakutan yang tidak perlu.
Cara terbaik mematahkan hoaks ini adalah memeriksa berita dari media dan akun medsos badan tepercaya.