Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saya Muntah karena Cemas, Saya Cemas karena Kurang Paham

29 November 2020   12:13 Diperbarui: 29 November 2020   12:24 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pexels-pixabay-236151

Ada ungkapan dalam dialog sebuah film drama Tiongkok yang berjudul "Tree". Katanya, "Konfusius 'Dia tahu bahwa dia tahu', Budha 'Dia tahu bahwa dia tidak tahu'". Namun, dalam realitasnya, sadar atau tidak, yang lebih banyak terjadi adalah "Dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu". Ketiga ungkapan ini pada dasarnya menekankan tentang pentingnya manusia mengenali dirinya dengan mencari kebajikan, agar tahu menempatkan diri, di mana saja dan dalam segala situasi.

Tidak jauh berbeda dengan ketiga ungkapan itu, dalam masyarakat suku Karo ada juga sebuah ungkapan populer yang mengatakan, "Yang mengajar kurang ilmu, yang diajar kurang paham". Maksudnya, itulah bahayanya bila kita tidak mengenali diri, dan karenanya tidak mampu menempatkan diri dengan bijak. Niat hati hendak mengajari, tapi karena yang mengajar kurang paham akhirnya membuat mereka yang diajari malah menjadi semakin tidak paham.

Gejala Kecemasan

Kita mungkin sering melihat seseorang muntah dalam kehidupan sehari-hari, atau kita sendiri yang mengalaminya, yang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Muntah dalam makna yang sebenarnya, bisa disebabkan masuk angin, akibat mual-mual pada masa kehamilan, karena mencium bau busuk, dan sebagainya.

Muntah dalam makna kiasan, bisa saja merupakan ekspresi ketidaksukaan atas sesuatu hal, suatu perasaan jijik. Pengertian dan penggunaan kata muntah sebagai ekspresi perasaan ini seringkali dimaksudkan sebagai bentuk tertinggi ketidaksukaan. "Mau muntah aku melihatnya, mau muntah aku mendengarnya", demikian beberapa contoh.

Selain karena merasa jijik atau tidak suka, ternyata kita juga bisa muntah karena cemas.

Belajar dari acara webinar tentang gejala gangguan kecemasan (anxiety disorders), yang bertajuk "Waspada! Dampak Buruk Kecemasan", diadakan oleh keluarga besar alumni SMU Negeri 1 Kabanjahe Tahun 1998/2001 (KBS 98/01), pada 27 Juni 2020 yang lalu. Narasumber acara webinar itu adalah Dr. Manahap Pardosi, Mked, SpKJ, seorang dokter spesialis penyakit kejiwaan, dan dimoderatori oleh Dr. Indra Refipal Sembiring.

Poster webinar (Dokpri)
Poster webinar (Dokpri)
Kalau kita melihat secara umum, ada banyak hal yang bisa membuat seseorang menjadi cemas. Di antaranya karena adanya penumpukan stress, karena adanya masalah yang tidak bisa cepat diatasi.

Cemas yang berkepanjangan bisa berujung menjadi depresi. Bahkan kecemasan yang berkepanjangan dapat menjadi pemicu timbulnya gangguan jiwa ringan. Kecemasan (ansietas atau anxiety dalam bahasa Inggris) dalam psikiatri adalah gangguan jiwa ringan yang bisa disembuhkan.

Ada beberapa ciri orang dengan gangguan kecemasan, yakni: anankastik, tampak dalam ciri orang yang perfeksionis, dengan potensi kecemasan tinggi. Bagi orang seperti ini semua hal harus berjalan dan tampak sempurna.

Kelemahan dan kekurangan sedikit saja bisa menjadi sumber kegelisahan yang berkepanjangan bagi orang perfeksionis. Selanjutnya, dipenden, orang yang sangat tergantung. Orang seperti ini tidak mampu menentukan keputusan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun