Mohon tunggu...
Ahmad Hadi Ramdhani
Ahmad Hadi Ramdhani Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler, Writer, photographer

Seorang pengelana yang selalu menaruh minat pada tempat-tempat baru dan unik

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bocah Pohon Paku

8 Maret 2020   12:33 Diperbarui: 8 Maret 2020   12:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari baru saja menampakan dirinya dibalik susunan bukit-bukit itu, ia dengan kawan-kawannya telah bergegas menyusuri jalanan menanjak untuk mencari tanaman yang menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarganya. Begitulah kehidupan anak-anak desa sapit, mereka yang bernasib tidak sebaik kawan-kawannya yang lain, harus merelakan sebagian masa kecilnya untuk membantu meringankan beban keluarganya.

 Dengan baju yang agak lusut, sisa-sisa getah pepohonan bercampur aroma keringat masih tergambar jelas di baju yang dikenakan anak itu. Kaki-kaki itu merangsak jauh menyusuri jalan setapak yang disediakan lebatnya hutan kaki gunung rinjani. Dengan mata yang mawas dan cekatan memilah tumbuhan demi tumbuhan yang tumbuh di sekitar jalan setapak yang mereka lalui. Sesekali waktu, mereka bahkan harus berhenti dan membungkukan tubuh remaja mereka, ketika pandangannya menemukan tumbuhan yang mirip dengan apa yang mereka cari.

Bagi mereka yang pernah melalui jalan raya yang membelah hutan lebat kawasan gunung rinjani dari aik mel sampai di pertigaan arah ke bayan, mungkin tak asing dengan mereka. Menjajakan ke semua pengguna jalan hasil buruan mereka di tengah hutan. Tumbuhan dengan nama latin Cyatheales ini dikenal dengan nama paku oleh masyarakat sasak dan merupakan sayur-sayuran yang banyak digemari oleh orang sasak. Tak sebegitu mahal harga yang ditawarkan anak-anak ini kepada pengguna jalan, tak sebanding dengan resiko yang harus mereka hadapi ketika mencarinya di dalam hutan. Serangan binatang liar, tertusuk duri pepohonan beracur, jatuh kedalam jurang, menjadi bahaya yang sewaktu-waktu, bisa saja mengancam mereka. Namun rupiah demi rupiah yang mereka peroleh, walaupun tak seberapa, sangat berarti bagi mereka.

Tak sedikitpun dari muka mereka nampak keluhan, tak sedikitpun cacian keluar dari mulut mereka atas kondisi yang mereka alami. Mungkin, karena mereka masih bocah, atau mungkin mereka sudah pasrah, ataukah memang mereka menemukan cara bahagia dibalik keadaannya itu. Namun yang jelas, pelajaran syukur dan cara menikmati hidup kita dapatkan dari anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar itu. Bagi mereka, bahagia itu sederhana, sesederhana orang-orang yang menawar pakunya dengan harga murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun