Mohon tunggu...
Insoraki Insoraki
Insoraki Insoraki Mohon Tunggu... wiraswasta -

Friendly

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Raja Ampat Kabupaten 1000 Genset

19 Juli 2014   22:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesisir Raja Ampat,

Wajah asli sebuah kabupaten bahari yakni Raja Ampat bukan saja terkenal dengan keindahan alamnya yang mendunia tetapi juga persoalan pemadaman listrik. jika dimasukan dalam record muri, Raja Ampat akan menempati posisi pertama dan mendapatkan penghargaan telah menjadi kabupaten 1000 Genset. Jika anda melakukan survey, maka akan mendapati bahwa disetiap rumah warga ada genset. bukan hanya itu jika anda menjadi pedagang lilin dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, anda pasti akan menuai keuntungan sangat besar karena kebutuhan lilin dikabupaten Raja Ampat ini melebihi kebutuhan makan masyarakat. Hampir Setiap hari terjadi pemadaman listrik baik dilingkungan warga maupun lingkup pemerintahan, masyarakat menjadi jenuh dengan kenyataan yang terjadi.

Waisai, Ibu Kota Kabupaten Raja Ampat sejak awal dimekarkan masih sepi dan kantor perwakilan pemeritahpun masih berkedudukan di Kota Sorong. Segala bentuk kegiatan administrasi pemerintahan Kabupaten Raja Ampat dijalankan di Kota Sorong. Pendudukpun hanya dihitung dengan jari dan hanya ada beberapa rumah milik masyarakat pemilik hak ulayat dan barak yang dibangun oleh TNI, serta 1 kantor pemerintah yang sekarang dijadikan Gedung DPRD Kab.Raja Ampat.selebihnya adalah lahan kosong dan lokasi kebun masyarakat setempat yang notabene bertempat tinggal di saonek dan sekitarnya.

Kebutuhan listrik masyarakat pada saat itu dilayani oleh PLTD yang merupakan ranting dari PLN Sorong di Wilayah Waigeo Sleatan, yaitu Saonek yang sebelumnya merupakan salah satu kecamatan daerah administratif  Kab. Sorong sebagai kabupaten induk. Kemudian terjadi perubahan setelah kegiatan pemerintah mulai berdomisili di waisai, Serta semakin meningkatkan penduduk di ibu kota tersebut. dengan sepihak pemerintah memutuskan untuk menangani suplay kebutuhan listrik yang ditangani oleh dinas pertambangan selanjutnya ditangani oleh BUMD Raja Ampat yang akhirnya hancur - hancuran hingga saat ini.

Setelah mencuatnya kasus penyelewengan dana pengadaan genset PLTD dan pembangunan jaringan listrik kab,Raja Ampat, keadaan tidak juga berubah. tetap sama seperti cerita kemarin. meski beberapa pelaku telah diadili. Tetap saja tidak merubah image bahwa Kabupaten Raja Ampat adalah Kabupaten 1000 Genset, Pemerintahpun terlihat sangat lamban dalam menangani persoalan yang mempunyai dampak sangat besar dalam pembangunan kedepannya.

Kita tahu bahwa dampak dari pemadaman listrik sehari saja bagi pelaku bisnis dan industri adalah kerugian, kalau pemadaman listrik hampir setiap hari. Apa kata dunia???? Selama ini kita hanya melihat dan menilai Raja Ampat dari sisi Eksotik alamnya yang telah mendunia tetapi kita tidak pernah melihat permasalahan mendasar dilingkup kehidupan masyarakat yang setiap harinya mengeluhkan listrik dirumahnya padam, listrik dikantor padam,listrik disekolah padam, lebih parah lagi listrik dirumah sakit PADAM. Contoh-contoh kecil berdampak sangat besar seperti,

Mengurus surat dikantor pemerintah yang membutuhkan waktu hanya 1 - 2 jam, karena listriknya padam jadi sehari bahkan berhari-hari, Pelayanan kepada publik dinilai tidak maksimal

Sedang melakukan operasi dirumah sakit, tiba-tiba terjadi pemadaman dan rumah sakit tidak diprioritaskan, harus membuat selembar lagi surat permohonan jika hendak melakuka operasi.

Siswa akan melakukan praktek pada lab,Komputer tidak terealisasi karena listriknya padam. apalagi kalau belajarnya pakai proyektor??? kasihan,

Alasan apapun itu harus menjadi perhatian pemerintah, bukannya sibuk mendulang untuk kepentingan diri sendiri seperti yang saat ini terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun