Mohon tunggu...
Suluh Muda
Suluh Muda Mohon Tunggu... Lainnya - Democracy And Human Right Research Institute

Lembaga sosial yang memiliki konsen terhadap isu demokrasi dan hak asasi manusia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pseudo Kemerdekaan

20 Agustus 2024   15:59 Diperbarui: 29 Agustus 2024   18:12 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Google

Sejak pagi buta masyarakat sudah berduyun-duyun menuju ke lapangan desa maupun kecamatan. animo masyarakat begitu besar, hingga beberapa kelompok masyarakat diantaranya membawa beragam aksesoris lengkap bertema  kepahlawanan dan pejuang kemerdekaan, bahkan miniatur panzer, tank dan pesawat tempur yang dibuat menggunakan potongan karung semen bekas dan bambu ikut diarak menuju lapangan.  

Rupanya, masyarakat akan mengikuti upacara peringatan hari kemerdekaan republik Indonesia yang kebetulan pada 17 agustus 2024 genap berusia 79 tahun. Lazimnya, dalam memperingati HUT Republik Indonesia masyarakat menyelenggarakan berbagai macam perlombaan di lingkungan Kecamatan, Desa hingga RT. 

Dalam perayaan tersebut, semua masyarakat berbaur penuh sukacita dan tenggelam dalam gegap gempita euforia peringatan kemerdekaan. Namun diluar itu semua, hal esensial apa yang sebenarnya diperingati? Sukacita dan dukacita sangat terasa pada waktu yang bersamaan di peringatan HUT RI ke 79. 

Memiliki ukuran sebesar benua eropa dengan persentase 75% laut dari total luas wilayahnya, Indonesia sebagai archipellago yang tersusun dari belasan ribu gugusan kepulauan memiliki garis pantai 95.181 km, 8.500 spesies ikan yang notabene 25% dari spesies yang ada di dunia, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu karang, 102,53 juta Ha luas hutan yang disinari matahari sepanjang tahun, 129 gunung berapi, dikarunai keanekaragaman kekayaan alam yang melimpah (gas alam, emas, batubara, teh, kopi, tembakau, rempah-rempah), memiliki populasi 275,5 juta jiwa yang terdiri dari 1.128 suku bangsa dengan 746 bahasa yang tersebar di 17.508 pulau, Indonesia sebuah negara kepulauan tropis di belahan bumi selatan berjuluk zamrud khatulistiwa, rumah bagi ragam budaya warisan peradaban bangsa nan adiluhung. 

Bak anak ayam mati di lumbung, pada kenyataannya setelah 79 tahun merdeka, Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah justru mengidap penyakit sosial akut. 

Menurut berbagai data yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber, 25,90 juta jiwa masyarakat Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan, menempati urutan ke 34 dari 100 sebagai negara terkorup di dunia dengan 791 kasus korupsi sepanjang tahun 2023, 76.834 anak putus sekolah sepanjang tahun 2022-2023 meliputi tingkat SD-SMP-SMA/SMK, 21 Juta jiwa mengalami gizi buruk dan 21,6 % diantaranya anak stunting di tahun 2023, menduduki peringkat ke 2 di Asean dan ke 69 dunia, 171 peristiwa dan 318 tindakan intoleransi berbau SARA yang terjadi pada 2021 dan angka tersebut relatif tidak berubah hingga 2024. sebagai negara dengan tingkat kelaparan tertinggi. Lalu timbul pertanyaan apa arti kemerdekaan sebenarnya? Apa yang diperingati setiap 17 agustus? 

Dalam konteks sosial, kemerdekaan bagi masyarakat secara sederhana dapat diartikan kondisi dimana terjaminnnya sandang, pangan, papan. Namun jika kita melihat kondisi hari ini sepertinya kita agak kesulitan bersikap jujur dan cenderung latah jika kita mencoba mengartikan kemerdekaan itu sendiri. Secara hakikat kita sendiri masih kebingungan apa yang menjadi ukuran kemerdekaan itu.

Barangkali tidak berlebihan rasanya bila timbul persepsi bahwa peringatan kemerdekaan itu sendiri mengalami pemfosilan, diperingati setiap tahunnya hanya sebatas seremonial belaka dan bersifat artifisial, sementara kata "Merdeka" nya sendiri mengalami involusi bahkan mengarah pada kejumudan. 

Padahal tujuan dari diperingatinya hari kemerdekaan itu adalah wahana kita "men-charge", agar tetap terkoneksi dengan konsep dan nilai perjuangan para founding fathers, menghidupkan kembali spirit kemerdekaan dengan cara kembali ke rumah sejarah, mencari role model ide dan gagasan dari para founding fathers pada periode itu kemudian dijadikan teladan, inspirasi dan terus dilakukan reintepretasi yang relevan pada masa kini untuk menghadapi tantangan zaman sehingga bangsa kita memiliki road map kebangsaan yang komprehensif dan tidak terjebak dalam konflik-konflik destruktif seperti seperti monyet saling cakar dalam kegelapan.  

Kita dapat menyepakati bahwa masa depan adalah negeri tanpa peta, lalu dari mana kita dapat menemukan peta tersebut? Jalan satu-satunya adalah kembali ke masa lalu, untuk menemukan spirit, nilai, moral komitmen bahkan barangkali menemukan segala kekeliruan yang kemudian dapat dijadikan sebuah navigasi negara ini dalam menyusun peta masa depan. Problem negara kita adalah problem melawan lupa, makin lama ingatan negara kita makin pendek. 

Kita lupa bagaimana peradaban bangsa kita dahulu adalah peradaban yang maju, namun karena putusnya koneksi dari masa depan ke masa lalu akhirnya kita menjadi negara yang tidak memiliki road map yang jelas. Kita tidak dapat terkoneksi dengan peradaban masa lalu yang maju, sehingga kita tidak mampu merancang peta besar peradaban negara kita kedepannya sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa kita sendiri, bahkan belakangan kita malah masuk angin mengimpor budaya, karakter dan kepribadian bangsa lain untuk dijadikan standarisasi dalam membangun peradaban pada negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun