Mohon tunggu...
Merdeka News
Merdeka News Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ilmu ada cahaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terlalu Memikirkan Jodoh?

23 Mei 2021   16:06 Diperbarui: 23 Mei 2021   16:12 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Assalamu'alaikum sahabat muslim..

Memang ada saatnya dimana keinginan kita untuk memiliki pasangan yang begitu tinggi. Itu memang benar, itu semua adalah fitrah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Memiliki pasangan atau pendamping hidup adalah sebuah keniscayaan. Karena di dalam ruang hati kita yang harus diisi. Namun, jangan sampai segala sesuatu yang terjadi seolah-olah selalu dihubungkan dengan urusan percintaan, urusan jodoh, urusan rumah tangga, dan sebagainya.

Seakan-akan mindset gaya hidup yang berlaku di lingkungan yang memaksa kita untuk tergesa-gesa memiliki pasangan. Padahal, kita pada waktu ini sebenarnya masih tidak memerlukan, mental dan jiwa kita masih belum siap untuk menghadapi itu. Apalagi untuk kita yang masih kecil dibandingkan dengan kakak-kakak kita.

Sebenarnya bukan semata-mata pasangan hidup yang diperlukan, tetapi yang kita perlukan ialah relationship atau hubungan dalam konteks sahabat, teman sekelas, teman sepengajian, teman sepermainan, maupun teman sepejuangan.

Hati-hati jika kita terlalu sering memikirkan jodoh yang akan membuat kita terus menghayal. Menghayal betapa manisnya kemesraan yang tergambar dalam foto-foto pasangan bahagia nan rupawan. Hayalan menjadi candu raga, sepasang matapun mulai mencari tempat dimana ia akan jatuh padangannya. Subhanallah.., padahal sebaik-baik hayalan adalah dosa. Dan dihari akhir kelak apa yang ada dipikiran kita akan kita pertanggungjawabkan.

Hati-hati padahal niat kita adalah ibadah namun malah menjadi musibah. Nadzubillah, bukannya mendapatkan pahala malah menjadi dosa, karena terlalu ingin memiliki pasangan yang menjemputnya tidak sesuai anjuran. Ceritanya perkenalan memang dilakukan melalui ta'aruf, tapi pada akhirnya mereka tengah merajut dosa dalam bayangan asmara.

Hati-hati, persiapan benteng pelindung dosa terasa percuma karena telah melanggar tuntunan. Membuat iman yang sudah dibangun tinggi-tinggi oleh kita untuk mendekatkan diri kepada sang Ilahi malah menjadi roboh karena terlalu memikirkan jodoh. Naudzubillah,

Apalagi, salah satu sifat akhir zaman yakni "Mereka terlalu sibuk memikirkan soal jodoh dan bakal iman, tapi jahil dalam Al-Qur'an" 

Nah, jadi gimana mau tetep fokus sama jodoh atau fokus ke hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan. Misal, soal kematian, pendidikan, pekerjaan, dll. Kita tidak pernah tahu siapa yang akan menjemput kita pertama kali antara jodoh atau kematian?

Itu perlu kita pikirkan dan dipertimbangkan loh. Kenapa? Agar otak kita tidak termindset dalam jodoh, apalagi masalah jodoh tentu saja selalu bikin baper manusia, terutama untuk perempuan. Duh, bapernya tidak ketulungan. Hehe...

Bener apa bener nih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun