Ganti lagi, ganti lagi,.....
Mungkin itu ungkapan kegalauan hati yang sering kita dengar di ruang kerja para guru. Belum tuntas mereka menikmati menu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), pemerintah mengganti kurikulum dengan versi yang lebih baru, Kurikulum 2013. Beberapa pandangan negatif muncul seiring dengan perubahan ini, ada yang menganggap bahwa perubahan ini hanyalah proyek politik, sebagian lainnya memandang pesimis perubahan ini, mengingat perubahan terjadi di ujung pergantian pemerintahan. Terdapat stigma bahwa ganti menteri ganti kurikulum. Namun tidak sedikit juga guru yang menyambut baik perubahan ini, melihat permasalahan moral pemimpin bangsa yang terjadi belakangan ini salah satunya diakibatkan oleh kurikulum yang kurang membekali dengan sikap dan keterampilan.
Terlepas dari pro dan kontra pandangan masyarakat terhadap Kurikulum 2013 (“kurtilas”), yang jelas dunia selalu berubah, bahkan perubahan tersebut terjadi tiap detik begitu cepat, termasuk juga dunia pendidikan. Guru sebagai aktor pendidik generasi bangsa sudah semestinya menyambut perubahan tersebut dengan gembira. Mereka seharusnya membekali diri melalui berbagai macam kegiatan untuk meningkatkan mutu kompetensinya. Perubahan mendasar yang harus dilakukan adalah perubahan pola pikir (mindset). Kebanyakan guru lebin merasa nyaman dengan cara-cara lama yang biasa mereka lakukan tiap mengajar. Kenyamanan ini membuat mereka merasa malas untuk keluar dari zona kenyamanan. Inilah yang menjadi hambatan mendasar dari perubahan di atas. Akan tetapi dengan menyadari pentingnya pendidikan di masa mendatang, menyiapkan generasi masa depan yang siap bersaing, maka hambatan tersebut seyogyanya dapat disingkirkan. Kalau bukan kita sendiri yang melakukan perubahan, siapa lagi ?
Sebagai mana firman Allah dalam Al-qur’an surat Ar-Ra’du ayat 11 :
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dengan berpegang teguh pada dalil di atas, maka kita tidak perlu malu untuk melakukan perubahan. Di dunia ini terdapat 4 golongan orang yang tidak memiliki rasa malu, mereka adalah :
1.Bayi
Bayi merupakan miniatur manusia yang tidak memiliki rasa malu, isyarat dia berikan kepada orang lain melalui tangisan. Jika kebutuhannya terpenuhi maka yang sering dilakukan adalah tidur.
2.Orang Sakit
Karena keadaan, orang sakit tidak mempedulikan keadaan dirinya sendiri, apa yang diperintahkan oleh dokter dia turuti tanpa rasa malu, yang terpenting dia dapat segera sembuh dari penyakitnya.
3.Orang Gila
Sudah bisa dipastikan orang ini diluar kesadaran orang normal, dia tidak memiliki secuilpun rasa malu, (maaf) bahkan jalan tanpa busana pun mereka biasa-biasa saja.
4.Orang mati
Ketika ajal menjemput seseorang maka semua urusan duniawi selesai sudah. Saatnya dia menghadap sang Khalik. Dia sudah tidak memiliki rasa malu saat dimandikan oleh sanak saudaranya.
Apakah Anda termasuk orang yang malu untukmelakukan perubahan ? Jika kita masih memiliki rasa malu tentunya mau berubah. Namun jika tidak mau berubah, tentukanlah sendiri golongan kita di atas. Kurikulum 2013 merupakan momentum yang tepat untuk melakukan perubahan. Janganlah malu melakukan perubahan, tapi malulah jika tidak mau berubah.
Magelang, 22 Agustus 2014.
“Tulisan ini adalah tugas Diklat Online PPPPTK Matematika”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H