By Bayu Insani Bismillahirrohmanirrohiim….! Nulis lagi ah. Mumpung sedang ada bahan tulisan. Hik hik. Yuk simak catatan saya kali ini. Pagi ini, seperti bulan lalu, saya jalan-jalan ke tempat di mana ada pohon Jati Hybrida ditanam. Pertama, saya datang ke rumah teman suami, di daerah Kemusuk, Bantul, dekat dari rumah kami sih. Dia setengah bulan yang lalu, baru menanam 70 bibit jati hybrida di sawah. Dalam hati, saya sempat senang juga. Ke sawah lagi, nih akhirnya. Melihat sawah yang sedang menghijau daun padi, dan aroma pagi yang sangat segar. Ngayal.com Sesampainya di rumah teman, saya disambut hangat oleh keluarga ini. Setelah itu kami bertiga berjalan menuju lokasi. Sawah. Yang memang letaknya hanya ada di depan rumah saja. Asyikkk….! Ngaak ngayal lagi. Jalan di antara jalan kecil (pematang sawah) yang penuh dengan rerumputan hijau. Biarpun saya orang kampung, tapi saya gak pernah masuk ke sawah. Wkwkwk, padahal rumahnya mewah (mepet sawah) tapi sayang, karena gak punya sawah, jadi jarang ngrasain enaknya jalan di sawah, dan merasakan segarnya udara di sawah. Setelah jalan sebentar, sampailah di lokasi. Bibit yang baru 2 minggu di tanam, sudah mulai beradaptasi dengan tanah sawah. Saya asyik melihat bibit tersebut. Dari 70 bibit, hanya ada 1 yang mati. (kelak akan di ganti oleh pabrik) Yang lain sukses, hidup. Cara pemilik bibit menanamnya juga bagus. Ada tempat khusus air untuk menyiramnya. Dan juga, nanti, disela-sela jati, bisa di tanami tanaman yang lain, seperti cabai, atau sayuran yang lain. Saya perhatikan satu persatu bibit, sudah bagus. Saya membatin, lima tahun kemudian, pemilik pohon akan kaya, nih. Hik hik. Bayangkan saja, dengan modal 25ribu perbibit, Insya Allah kelak jika sukses, bisa jadi 1 juta lebih perpohon. Berapa kali lipat tuh? Pemilik lahan pernah bilang, “Uang gaji bekerjanya selama 5 tahun, belum tentu nanti bisa sebanyak uang investasi jatinya” Iya, juga ya….saya juga baru terpikir gitu. Apalagi saya, yang hanya seorang PENGACARA SUKSES (pengangguran banyak acara) xixiixii. Gak ada gaji, hanya ngandelin dari suami. Setelah saya jeprat-jepret bibit, saya iseng-iseng berfoto di tengah sawah. Eh, tiba-tiba, Heru, pemilik bibit bilang, jauh di belakang saya, adalah makam Ibu Almarhum Pak Suharto. Saya kaget. Yang bener??? Makamnya terlihat agak jauh, dari sawah itu di bawah pohon besar, dan cantik. Tiap tahun, dulu keluarga Almarhun Pak Harto datang untuk berziarah ke makam tersebut. Rutin, hingga kini, menjelang ramadhan, katanya. Lalu saya juga di tunjukin rumah Pak Harto dahulunya, yang di komplek masjid. Ternyata banyak masjidnya. Saya jadi terharu, ternyata rumah beliau dulu di situ to? Ya ya ya, jadi tahu. Tapi kata bapak Heru, beliau saja gak ngalamin, karena yang ngalamin keluarga Almarhum Pak Harto itu kakek neneknya. Bapaknya Heru masih kecil, masih ingusan. He he, setelah saya kembali ke rumah pemilik sawah, saya diberi sayur kecipir, dan bunga turi. Waduh, jadi kaya ngrampok. Mentang-mentang bumil, jadi boleh ngrampok. Wkwkkwkwk….! Kami ngobrol lagi di halaman rumah. Hangat. Lalu setelah ngobrol, kami berdua pamitan pulang. Sesampainya di rumah, belum lama, Heru sudah membunyikan klaksonnya. Dia dan temannya sudah gak sabar, mau lihat pohon jati hybrida yang di Kali Bawang, Magelang. Suami saya jadi mempercepat sarapannya. Kembali kami menstarter motor, menuju Kali Bawang, Magelang. Seperti catatan saya sebelumnya, perjalanan kira-kira 1 jam. Setelah sampai di lokasi, kembali saya terperangah. Betapa tidak. Jati hybrida yang baru saya jenguk sebulan yang lalu, yang jumlahnya 700 bibit, sekarang sudah bertambah besar. Saya benar-benar kagum. Lihat saja foto di catatan saya sebelumnya, dengan foto di catatan saya kali ini. Perbedaannya Luar Biasa. Sungguh. Siapa yang gak percaya, boleh datang langsung ke lokasi bersama saya. Ha ha…(makin semangat saja saya melihatnya) Yang dulu kecil, sekarang udah besar. Di sana, saya melihat Pak Tua, yang sedang merawat kebun jati itu. Kami bersalaman, sambil ngobrol. Padahal, pohon jati ini gak di siram lho katanya. Tapi ya itu, nanamnya pas bulan desember, masih musim hujan. Makanya, saya menyarankan teman-teman juga, kalau mau nanam jati ini, paling tidak sedang musim hujan, atau sering di siram pada awal penanamannya. Pokoknya, Insya Allah gak nyesel deh, investasi pohon jati hybrida ini. Selain makin lama semakin bagus, dan pastinya harga kayunya mahal, juga penghijauan lingkungan. Ini bukan omong kosong lho….! Tabungan buat masa depan. Yang sekarang anaknya masih kecil, TK apa SD, siapa tahu, ntr bisa untuk biaya kuliah. Kan, semua demi masa depan keluarga. Kecil menanam, besar memanen. Ayo buktikan sekarang. Beli bibit jati dan tanam di lahan Anda. Jika tak ada lahan, Insya Allah akan saya tolong carikan, dengan sistem bagi hasil, antara pemodal, pemilik lahan, dan fasilitator. Ok, sekian dulu, catatan kali ini. Lama gak nulis, jadi agak capek. He he. Makasih semua, yang sudah sudi baca. Moga tertarik untuk segera berinvestasi. Mumpung masih muda, ada gaji, dan ada rizki. Insya Allah berkah…! Tunggu catatan selanjutnya, Insya Allah dalam waktu dekat, saya akan menanam jati di magelang, 200 bibit. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H