Malam tetaplah malam, ia gelap. Mungkin hanya bulan yang mau bersikap untuk menemani malam, tak lupa titik-titik kecil bintang menjadi pemanis, cahaya kecilnya menjadikan malam lebih berarti. Malam indah yaaa, iya indah karena bulan dan bintang, bila tanpa dua itu malam tetaplah malam, ia gelap.
Kalimat diatas adalah penghibur diri, diri ini sedang kalap-kalapnya dikuasai ke-galau-an yang sebenarnya tak perlu. Malam yang ditemani bulan dan bintang menjadi analogi, bahwa segundah-gundahnya kita sesungguhnya ada hal yang bisa mengindahkannya. Tapi jujur, sungguh nikmat ke-dilema-an ini, renyah nan gurih.
Tuhan, terimakasih engkau menciptakan perasaan galau ini, sungguh Engkau Maha Romantis, karena tanpa ada rasa ini bahagia takan mungkin tercipta.
Bicara galau malas sekali untuk membincangkannya, karena galau tak se simple apa yang kalian baca atau tulis, galau hanya bisa kita mengerti jika dirasakan. Tak percaya? Silahkan coba. Tapi perkenankan manusia tilil ini menuliskan betapa rumitnya galau.
Titik dimana kita kangen rumah sekangen-kangennya adalah disaat kita jauh dari rumah. Kondisi dimana kita merindukan cahaya adalah disaat gelap sedang menggagahi kita. Dan titik ketika kita sayang kepada orang adalah disaat kita melepaskannya atau jauh dari kita, yaa sayang, sangat sayang.
Tulisan ini tidak sedang membicarakan cinta, silahkan kalian anggap ini tulisan cinta jika itu ada dibenak kalian. Karena cinta, tak sesederhana apa yang kalian baca atau tulis.
Kembali, pernahkan kalian dalam kondisi sangat sayang pada seseorang? Yaa saya pernah, kondisi dimana kita melepaskannya atau sedang jauh darinya. Rasa Sayangnyatapi beda, rasanya sakit, tapi itulah titik dimana rasa sayang sedang berada di puncaknya. Oh iyaa Tuhan, lagi aku bersyukur untuk kondisi ini karena saya bisa merasakan rasa sayang ini pada kondisi klimaks. Yaa harus kamu tahu, kondisi ini adalah kondisi dimana kita sedang sayangnya pada seseorang. Nikmatilah, hayatilah, mungkin ini lebih gurih dan renyah, lebih dari itu.
Aah sudahlah, ini tidak membicarakan cinta atau kegalauan. Hanya apa yang dipikirkan saya tulis. Bukan, ini bukan tentang cinta, bukaaan.
Oh begini ya rasanya galau, benar kata orang, ga enak, saya bersyukur bisa merasakannya.
Saran saya bagi kalian yang sedang diterpa galau, tulisan ini anjing banget karena kelebayan dan ke-alayannya. Terserah kalian mau nilai apa. Satu hal, jika kalian galau sungguh kalian lebih besar dari yang namanya galau, moving on beybeh, moving on.
Yaap, selamat menikmati alunan lagu mendayu-dayu demi mendukungnya kondisi galau kalian, demi terciptanya kegalauan yang teramat sangat, selamat menikmati yaaa, insan.. selamat menikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H