Mohon tunggu...
insan fadjroel
insan fadjroel Mohon Tunggu... -

membaca untuk menulis, menulis untuk berfikir~

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rengekan Seorang Teman tentang Kegalauannya

23 Agustus 2014   23:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:44 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teringat kisah seorang teman tentang kisah cintanya. Menarik bagi saya karena telinga ini sering pasrah mendengar rengekan dia. Ini mengenai teman saya yang mencoba untuk melepaskannya (red: mantan kekasihnya), merelakan seseorang yang sangat dikasihi untuk bahagia, karena hanya orang lain lah yang bisa membahagiakannya, bukan dia meski dia berusaha.

Kisah teman saya dengan kekasihnya berakhir tak lama-lama ini, menurutnya alasan mengapa ia mengakhirinya karena si perempuan tidak merasakan usahanya dalam menyanyangi si perempuan tadi. Dia bukan menyerah, hanya saja meskipun ia seberusaha semaksimal apapun nampaknya teman saya ini akan di anggap nol. Jadi lepaskan saja, daripada dia tidak bahagia dan bagi si perempuan itu menyiksa.

Akhir-akhirnya ini dia sangat kacau, mungkin galau. Sedih saya melihatnya. Bicara tentang cinta menurutnya dan saya pun mengamininnya. Bahwa cinta itu perlu dua orang yang berusaha karena jika hanya satu orang yang usaha, bukan cinta namanya tapi wirausaha. Temanku itu memang terlihat tidak berusaha baginya, yaa dia nothing baginya, nol baginya. Anggaplah seperti itu jika memang iya. Tapi jika kasihnya diadu aku berani bertaruh dia (red: teman saya) akan menang melawan siapa saja, itupun jika si perempuan berniat berbaik hati lagi padanya, jika tidak tak apa. aku lihat temaku baik-baik saja, meski sedikit kalap.

Dia senang saat mantan kekasinya bahagia, dengan siapun itu dia mencoba menerima. Karena menurut teman saya yang satu ini, “bahagianya adalah bahagiaku juga,” lirih dia berucap, benar, itu terucap bukan hanya dari bibirnya, tapi hatinya.

Katanya benar ia sangat sayang pada si perempuan itu, tapi ia enggan untuk mendekatinnya lagi. Mantannya itu sudah kelihatan malas dan memang sudah biasa saja nampaknya. Tuturnya lagi, biarkan teman sekarang menjadi teman, bukan seperti dulu. Dia bisa saja mendekatinya lagi, tapi itu terlalu memaksa karena menurut temanku, wanita ini tak suka di paksa. “Jadi sekarang biarkan aku melepaskannya, sakit? Yaa sakit, tapi bagaimana lagi.”

Cinta itu bukan hanya tentang menerima, tapi bagaimana kita bisa melepaskannya juga.

Menurutnya lagi temanku bisa sedikit tahu tentang dirinya sendiri saat masih sama dia. Jujur, mengenalnya adalah sebuah anugerah karena aku bisa tahu pribadiku yang sebenarnya ujarnya. Pesan saya padanya, semoga dia tidak terlarut dalam keadaan seperti ini. dan saat ini, detik ini dia masih sangat sayang padanya.

Dia memang tidak terlalu baik, tapi semoga kedepan dia bisa jadi lebih baik, yaa temanku.

Curhatan temanku ini memang terlalu anjing jika dibaca, karena alay dan kelebayannya, tapi gapapa, iseng aja da.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun