Sejak awal pencalonan Airlangga, terasa kentara sekali bahwa Airlangga mendapat dukungan penuh dari pemerintah, selain Airlangga sendiri adalah seorang menteri di kabinet Jokowi, safari politik Airlangga di awal masa pencalonan juga memiliki target langsung yang tepat menuju sasaran, Jokowi dan JK.
 Jokowi pada saat itu secara implisit mendukung pencalonan Airlangga dengan menerima kehadiran Airlangga dan DPD I Golkar di Istana Bogor sebagaimana diketahui Mayoritas DPD I Golkar mendukung Airlangga sebagai penerus estafet kepemimpinan Golkar, terbukti Airlangga terpilih menang sebagai ketua umum secara Aklamasi di Munaslub Golkar. JK lebih ekstrem lagi, secara eksplisit JK menyatakan bahwa pencalonan Airlangga sebagai Ketua Umum tidak dapat dibendung lagi.
Konsep "Petrus" ini bukan akronim dari "penembak misterus" yang menyeramkan pada masa kelam orde baru, tapi akronim dari "pepet terus" yang sedang booming di medsos digunakan oleh para jomblowan dalam merebut hati jomblowati dengan teknik serangan mendadak yang tidak dapat diprediksi.Â
Apapun yang jomblowati post di medsos, bersegeralah para jomblowan melancarkan serangan gombal yang tidak dapat dibendung. Ada yang berhasil tapi kebanyakan sudah pasti gagal, karena dalam konsep marketing, kemungkinan keberhasilan kecil untuk mendapatkan target jika tidak ada "follow up".
Dalam analisa saya, manuver tajam Golkar ini untuk memenuhi 4 unsur, yaitu : menyatukan seluruh faksi di Golkar, merebut hati masyarakat, mendekatkan diri ke penguasa (pemerintah dan PDIP), dan memenangkan pemilu di 2019.
Menyatukan Seluruh Faksi di Golkar
Setelah Golkar luar biasa terpecah-pecah dan diombang-ambing oleh kepemimpinan SN, Airlangga melakukan sejumlah manuver untuk mempersatukannya kembali.Â
Faksi-faksi ini terlihat saat beberapa pentolan golkar terlihat berniat ikut mencalonkan diri sebagai ketua umum di munaslub, seperti biasa, pamer dukungan para senior Golkar menjadi senjata pamungkas masing-masing bakal calon. Airlangga tidak tinggal diam, dengan bekal dukungan kuat dari lebih banyak senior Golkar dan mayoritas pemegang hak suara pada munaslub yaitu DPD I dan DPD II Golkar.Â
Airlangga mem-petrus-kan para bakal calon ini, lobby-lobby tingkat tinggi ini berhasil meredam keinginan para bakal calon ini dan mengkonversikannya menjadi dukungan penuh bagi Airlangga, sehingga Airlangga dapat memenangkan pencalonan secara aklamasi. (contoh : Idrus Marham diisukan akan menjadi mensos).
Merebut Hati Masyarakat
Golkar saat ini (mari tinggalkan idiom "zaman now" supaya tidak dimarahin ivan lanin), ingin memiliki citra yang bersih, setelah Golkar mendapatkan citra yang miring (miring banget) saat SN mendapatkan gelar "papa minta saham", saat SN terindikasi terlibat dalam korupsi mega proyek EKTP dalam prosesnya yang ajaib.Â