"Kok telat, Ani?" Ani yang baru sampai rumah langsung menyalami ibunya yang sedang duduk santai di ruang tamu. Secangkir kopi menemani sang ibu menonton acara favorit di televisi.
"Iya,bu. Banyak orang di depan gang sana. Jadi Ani mutar lewat jalan kampung sebelah."
"Ya ampun Ani ... Itu kan jauh, apalagi jalan kaki. Gak capek kamu?"
"Gak papa bu ... daripada gak nyaman lewat gang depan sana. Apalagi ada si Indra dan gengnya yang nongkrong di situ, males Ani," ucap Ani sambil berlalu masuk ke kamarnya. Sang ibu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sang anak.
 Jarak sekolah Ani dengan rumahnya memang tidak terlalu jauh. Setiap hari Ani pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki.
Setelah mandi, Ani langsung merebahkan diri ke atas kasur. Hari ini terasa sangat melelahkan. Kalau saja dia pulang lewat gang depan tentu saja Ani tak akan terasa capek seperti ini.
Memikirkan itu semua membuat Ani merasa sedih. Andai dia tidak mempunyai sifat Introvert. Andai dia lebih berani. Andai ini ... Andai itu. Seandainya dia bisa begini dan seandainya dia bisa begitu.
"Huff ...."
Sering kali orang yang belum mengenal Ani akan mengatakan kalau dia itu pemalu dan pendiam. Tak jarang pula yang menyangka dia orang yang sombong. Padahal Ani hanya terlalu menimang nimang apabila dia mengucapkan atau berkata seperti ini apakah nanti akan membuat orang tersinggung, atau kata apa yang cocok dan baik dia ucap saat sedang berbicara dengan teman-temannya maupun orang lain.
Ani kadang merasa iri sama orang lain atau temannya yang bisa langsung berbaur dengan banyak orang, punya banyak hal yang di bicarakan. Mempunyai kecakapan dalam publik speaking. Ahh ... Ani insecure.