Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei Pilkada DKI pada hari Kamis (20/10/2016). Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 1-9 Oktober 2016 terhadap 648 responden warga DKI, tingkat elektabilitas yang diukur berdasarkan pertanyaan: "Seandainya pemilihan langsung Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dilaksanakan sekarang ini, siapakah yang akan Ibu/Bapak pilih diantara tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur berikut?", pasangan cagub-cawagub Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat memperoleh 45,4%. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebesar 22,4% dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno sebesar 20,7%. Sebanyak 11,6% responden menjawab tidak tahu atau rahasia terkait siapa yang dipilihnya dalam pilkada DKI.
Dalam akun media sosialnya peneliti Denny JA menuliskan keanehan hasil survei SMRC ini.
“Keanehan pertama Survei SMRC (Saiful Mujani), jumlah total semuanya lebih dari 100 persen....”, demikian kicau Denny JA di akun medsos @DennyJA-WORLD.
Pertanyaannya adalah kenapa jumlah total elektabilitas pasangan cagub-cawagub dan responden yang menjawab tidak tahu bisa lebih dari 100%, atau tepatnya 100,1%?
Sebenarnya dari pihak SMRC melalui Direktur SMRC, Sirojudin Abbas sudah menyampaikan alasan soal total yang melebihi 100% ini saat keanehan ini ditanyakan oleh wartawan pada waktu rilis hasil survei tersebut.
"Itu karena pembulatan saja," jawab Sirojudin Abbas memberikan penjelasan di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat.
Namun karena tidak dijelaskan secara spesifik pembulatannya seperti apa dan khawatir isu ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, maka sebagai warga masyarakat yang peduli terhadap isu-isu sosial, sekaligus sebagai pengamat dan penulis saya mencoba menganalisis dengan data yang ada kenapa jumlah totalnya bisa di atas 100%.
Secara sederhana sebenarnya sangatlah mudah menentukan berapa jumlah responden (orang) yang memilih salah satu pasangan calon atau yang menjawab tidak tahu atau rahasia jika kita mengetahui jumlah total responden (dalam hal ini 648 orang).
Untuk lebih jelasnya, lihat tabel berikut:
Jika kita menginginkan persentase elektabilitas dari masing-masing pasangan calon (tentunya dengan pembulatan lebih dari 1 digit angka di belakang koma, dalam hal ini kita menggunakan pembulatan 2 digit angka di belakang koma (2 decimal places)), maka kita tinggal membagi jumlah pemilih masing-masing pasangan calon dengan jumlah total responden, seperti tabel berikut:
Jadi kesimpulannya, alasan kenapa jumlah totalnya bisa melebihi 100% adalah karena adanya pembulatan (ke atas) 1 digit angka di belakang koma. Persentase elektabilitas pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat sebesar 45,37% dibulatkan menjadi 45,4%, persentase elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebesar 22,38% dibulatkan menjadi 22,4% dan persentase elektabilitas pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno sebesar 20,68% dibulatkan menjadi 20,7%, serta persentase responden menjawab tidak tahu atau rahasia sebesar 11,57% dibulatkan menjadi 11,6%. Karena semua nilai persentase ini dibulatkan ke atas, maka tentu saja jumlah keempatnya menjadi lebih dari 100%.
Semoga dengan penjelasan dan perhitungan di atas dapat menjawab pertanyaan kenapa jumlah total persentase elektabilitas pasangan cagub-cawagub dan yang menjawab tidak tahu atau rahasia bisa lebih dari 100%.
Dan yang lebih penting lagi adalah masyarakat luas, khususnya warga DKI, mendapat pemahaman dan pencerahan serta tidak berpikir negatif terhadap hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah (scientific method).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H