Mohon tunggu...
Iin Syah
Iin Syah Mohon Tunggu... -

Pemimpi dan berusaha meraih mimpi. Menulis dan bergerak maju. Abdi negara dan anti korupsi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Aku Padamu, Mr. J"

13 April 2014   20:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sepertinya emang tidak ada cara lain untuk memerangi nikotin selain menaikkan pajak rokok setinggi mungkin. Biar yang bisa beli cuma mereka dari kalangan menengah ke atas (dengan harapan, orang-orang ini cukup melek huruf untuk baca dan mengerti dampak merokok bagi orang-orang di sekitarnya). Sungguh, saya pribadi sama sekali tidak begitu perduli pada dampak kesehatan buat orang-orang yang sudah kecanduan nikotin ini. Silahkan mereka merokok semaunya. Saya cuma sudah muak dan tidak tahan melihat mereka merokok sambil menggendong bayi, sambil nyuapin anaknya, dan sambil ngobrol dengan istrinya yang hamil.

Beberapa waktu yang lalu ketika Puskesmas kami di renovasi, dan beberapa tukang tinggal di sana, saya sempat memergoki seorang tukang yang ketika merokok sedang mengendong seorang anak berusia sekitar 2 tahun, saya tidak tahu itu anaknya atau anak siapa. Tapi parahnya, ketika rokok itu sudah hampir habis, dia meletakkan rokok yang masih menyala itu di bibir sang anak dan memperhatikan anak itu menghisap rokok tersebut. Astaga.

Tetangga di dekat rumah juga begitu. Suatu waktu anak-anak saya melihat teman mereka (lima tahun) memungut puntung rokok Bapaknya yang masih menyala dan menghisapnya. Mereka lalu mendatangi sang Bapak dan bilang kalau teman mereka itu sedang merokok rokok sisa sang Bapak. Bapaknya hanya menjawab, "Biarkan saja." Astaga lagi.

Dan yang paling membuat saya jengah adalah kebiasaan merokok begitu banyak orang di atas angkutan umum. Please deh, larangan dan segala macam regulasi sepertinya hanya di atas kertas. Tak pernah ada sanksi tegas dan tindak lanjut aturan-aturan itu. Orang merokok dimana-mana. Mereka: orang-orang susah, Sir. Kasihan saya juga, kasihan penumpang yang lain. Yang anak-anak, bayi, balita, dan semua yang susah payah menjaga kesehatannya tapi dikacaukan oleh mereka yang merokok semena-mena.

Mereka sengaja ingin mencelakakan orang lain? Mencelakakan anak istri mereka sendiri? Tidak! Mereka cuma tak mengerti tentang apa yang sedang mereka lakukan.

Karenanya...

Meski belum apa-apa, saya cuma mau bilang, "Aku padamu, Mr. J!"

Karenanya...

Jauh-jauh hari sebelum anda nanti menjadi sesuatu di negeri ini, tolonglah membuat kesepakatan dengan diri sendiri. Tentang begitu banyaknya warga di negeri ini yang terampas haknya untuk menghirup udara segar, untuk sehat, untuk terlepas dari pengaruh nikotin. Tolonglah menggores-gores catatan kecil mungkin di buku harian anda jika: Anda akan perduli tidak hanya tentang ekonomi atau transportasi di negeri ini, tapi juga pada kami. Orang-orang yang tak tahan lagi melihat asap rokok berseliweran tak tentu tempat.

Yes, Sir... sebelum anda menjadi sesuatu yang lebih besar lagi, tolonglah berkomitmen dengan hati. Anda nantinya tidak akan melindungi hanya sedikit saja dari komponen negeri ini yang menikmati keuntungan produksi rokok, tapi menganiaya banyak warga yang bahkan tidak tahu apa-apa.

Mr. J, meski belum apa-apa. Saya harap saat ini anda sudah mulai mencermati, tentang banyak hal yang perlu dibenahi di negeri ini. Dan bila saatnya tiba nanti, anda telah betul memahami dan BERANI melawan tirani nikotin di negeri ini.

"Aku padamu, Mr.J!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun