Dalam memenuhi hak peserta didik untuk memperoleh layanan pendidikan selama pandemi covid-19, proses pembelajaran dilaksanakan dari jauh dengan belajar di rumah. Peralihan sistem pembelajaran ini menjadi "sesuatu yang tidak biasa" bagi pendidik ataupun peserta didik di semua jenjang pendidikan. Smartphone yang digunakan sebagai alat komunikasi biasa, kini menjadi bagian yang penting dalam terlaksananya proses pembelajaran daring.
Intensitas penggunaan smartphone tentunya meningkat dan tidak dapat dipungkiri dampak negatif dari hal tersebut pun muncul. Anak kecanduan bermain gadget, kurangnya minat siswa dalam belajar, dalam artian siswa menjadi malas belajar, sehingga kemampuan literasi siswa menurun, hingga yang paling parah adalah siswa berhenti sekolah. Tetapi penyesuaian pembelajaran diupayakan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pembelajaran daring tersebut.
Rendahnya minat baca siswa adalah salah satu akibat dari kegiatan sekolah yang terhambat di masa pandemi yaitu kegiatan program gerakan literasi sekolah sehingga membuat kemampuan literasi semakin menurun. Menteri pendidikan dan kebudayaan menilai bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami krisis literasi. Posisi bidang membaca anak Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara. Hasil dari survei menunjukkan bahwa kemampuan siswa di negara indonesia dalam membaca masih di bawah batas skor.
Pemanfaatan buku-buku kecuali buku pelajaran pun masih rendah. Hal tersebut tidak lain merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan karena pembelajaran yang masih dilaksanakan secara daring, sehingga tidak memungkinkan untuk mengakses buku yang ada di perpustakaan sekolah. Literasi sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan potensi siswa dalam kegiatan membaca.
Berangkat dari kondisi tersebut, sebagai mahasiswa UPI yang sedang melaksanakan kegiatan KKN Tematik Literasi saya mempunyai niat dan tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca siswa di SDN Citungku khususnya untuk siswa kelas 6. Langkah pertama yang saya lakukan ialah menyediakan bahan bacaan daring yang menarik dan sesuai dengan usia perkembangan anak. Bahan bacaan sebenarnya sangat mudah diakses secara daring, tetapi untuk usia SD mungkin belum menapaki internet untuk mencari bahan bacaan khususnya non pelajaran. Maka dari itu, saya yang mencari bahan bacaan tersebut dan membagikannya sebagian bacaannya kepada siswa dengan tujuan mengenalkan bacaan digitalnya terlebih dahulu.
Kedua, dengan bahan bacaan yang saya bagikan tersebut saya membimbing siswa untuk mengisi jurnal membaca. Dengan mengisi jurnal membaca, siswa dapat mencatat poin-poin penting yang terdapat dalam bacaan hingga membuat ringkasan dari bacaannya tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasinya.
Ketiga, mengenalkan aplikasi iPusnas. iPusnas merupakan aplikasi perpustakaan digital berbasil media sosial yang dilengkapi dengan eReader untuk membaca eBook. Cara untuk mendaftar pada aplikasi iPusnas terbilang mudah, karena cukup menggunakan eMail pribadi bahkan bisa terhubung dengan facebook. Mengingat sasaran juga sudah mempunyai gadget masing-masing, pengenalan iPusnas ini cukup efektif dikenalkan kepada siswa. Kedepannya, dengan aplikasi iPusnas siswa bisa mencari dan meminjam bacaannya sendiri. Â
Besar harapannya program pembiasaan literasi ini dapat meningkatkan minat baca serta kemampuan literasi siswa, juga menciptakan siswa yang gemar mengunjungi perpustakaan baik perpustakaan digital maupun perpustakaan sekolah nanti saat keadaan sudah mulai membaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H