Mohon tunggu...
Inot Senpai
Inot Senpai Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memeluk Luka

20 Desember 2018   11:15 Diperbarui: 20 Desember 2018   11:24 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memeluk Luka

 

Merela...?
Hati sang kasih menganga, menceritakan kisahnya pada nadi yang terus memompa.

Gemuruh aliran darah yang saling menyahut, tak kalah udara di lepaskan sekiranya ada ruang yang tersisah. Meluruh sudah letak sang paru, namun tak juga ada kelegaan disana.

Apakah ini yang di namakan luka?
Cairan bening tak juga menyapa, hanya bibir yang saling menyatu seolah ada pelekat di keduanya.
Sorot mata sayu, menunggu cahaya menerpa.

Sang kasih memeluk luka, lantas getaran apa yang menyapa?
Langit seolah tau suasananya dengan mengirim hujan bersama angin.

Dia sendiri, terus memeluk luka.
Konyol, nada hati  mulai mengejek.
Sembrawutlah sang saraf, saling bersahutan mengutuk rasa yang tak kunjung meninggalkan.

Lantasan bayangan lama terlintas,
bukan,,, bukan ini yang di ingin.
tolong, jangan jadikan sang kasih menjadi kejam bagaikan bawang merah di sebuah sinetron
biar saja ia tetap memeluk luka. Karna dengan memeluk luka, ia akan tahu arti dari jejak sang cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun