Mengapa pertolongan cepat tidak diberikan? Apakah Tim Medis tidak siap? Apakah mereka tidak memiliki peralatan yang memadai di lokasi kejadian? Jika benar, maka keterlambatan beberapa menit untuk mengambil peralatan bisa berarti kehilangan kesempatan emas untuk menyelamatkan Zhang.
Suasana di GOR Amongrogo, Yogyakarta mendadak mencekam ketika Zhang Zhijie, atlet bulu tangkis muda dari China, tiba-tiba terjatuh dan mengalami kejang-kejang saat bertanding melawan atlet Jepang, Kazuma Kawamo, dalam babak penyisihan BNI Badminton Asia Junior Championship 2024.Â
Kejadian mengejutkan ini menjadi pusat perhatian para pengamat dan jurnalis yang berusaha menafsir kembali kematian tragis Zhang Zhijie.
Berita kematian Zhang memicu gelombang kritik terhadap Tim Medis Indonesia. Pernyataan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, dr. Radityo Prakoso, SPJP(K), yang menegaskan pentingnya bantuan hidup dasar seperti resusitasi jantung (CPR) dan penggunaan Defibrilator Eksternal Otomatis (AED) sejak detik pertama jatuhnya Zhang, memperkeruh suasana.
Bola kritik bergulir, menyoroti respons Tim Medis Indonesia yang dianggap lamban. Memang, hanya sedikit yang memahami betapa mendesaknya tindakan cepat dalam situasi seperti ini.Â
Menurut dr. Radityo, setiap detik sangat berharga. Jika tidak segera ditangani, survival rate atau tingkat kelangsungan hidup Zhang akan turun drastis.
Survival rate, atau tingkat kelangsungan hidup, adalah persentase orang yang bertahan hidup setelah jangka waktu tertentu sejak mengalami kondisi kritis atau mendapatkan diagnosis penyakit serius.Â
Dalam kasus henti jantung yang disaksikan langsung (witnessed cardiac arrest), kehadiran saksi mata seharusnya memungkinkan pemberian pertolongan pertama yang cepat dan efektif, yang bisa meningkatkan peluang kelangsungan hidup dan mengurangi risiko kerusakan otak.
Lantas, mengapa pertolongan cepat tidak diberikan? Apakah Tim Medis tidak siap? Apakah mereka tidak memiliki peralatan yang memadai di lokasi kejadian? Jika benar, maka keterlambatan beberapa menit untuk mengambil peralatan bisa berarti kehilangan kesempatan emas untuk menyelamatkan Zhang.
Namun, di balik semua itu, kita juga harus mempertimbangkan faktor takdir. Dalam banyak kepercayaan, takdir adalah serangkaian peristiwa yang sudah ditentukan oleh kekuatan yang lebih besar.Â
Ada yang percaya bahwa kematian Zhang adalah takdir yang tidak bisa dihindari. Dalam determinisme teologis, semua peristiwa dalam kehidupan sudah ditentukan oleh kehendak ilahi.Â
Sementara determinisme filosofis menganggap semua peristiwa, termasuk tindakan manusia, adalah hasil dari rangkaian sebab-akibat yang tak terelakkan.