Frugal iving di tengah bayangan perubahan iklim perlu menjadi topik diskusi kita saat ini. Mari bicara agar masyarakat tidak terlambat mengubah mental dan cara hidup tanpa perencanaan| Ino Sigaze.
Topik frugal living muncul kembali dalam sesi khusus yang disajikan oleh Kompasianer Novrita Savitri di awal tahun 2024 ini. Kemunculan topik ini bagi saya sangat menarik dan relevan.
Frugal living kali ini dibahas dalam satu aksen refleksi yang sangat menantang karena dihubungkan dengan perencanaan. Secara spesifik, tulisan ini coba mengkaji lebih dalam terkait frugal living dalam konteks masyarakat adat.
Apakah mungkin masyarakat dengan basis kehidupan mereka yang tidak terpisahkan dari adat istiadat itu menganut prinsip frugal living dengan visi perencanaan yang matang?
Sebelum membahas frugal living, perencanaan, dan tantangan masyarakat adat, kita perlu mengetahui konteks umum yang menjadikan frugal living relevan saat ini.
Konteks Perubahan Iklim Global
Ketidakpastian iklim saat ini sudah menunjukkan dengan jelas bahwa akan berdampak pada ketidakpastian ekonomi masyarakat. Hampir di seluruh provinsi, orang mengeluh dan protes tentang hal yang sama, yaitu kurangnya curah hujan dan peningkatan suhu panas setiap hari.
Hujan di bulan Desember 2023 lalu memberikan semangat kepada sekian banyak petani untuk menabur benih pada kebun mereka, namun selama dua minggu tidak turun hujan sama sekali.
Benih tetap tertinggal di dalam tanah tanpa tumbuh, demikian juga tanaman yang sudah tumbuh, ternyata kembali mengering dan mati. Apa yang bisa diharapkan oleh para petani saat ini?
Sudah begitu tidak pastinya kehidupan para petani saat ini, mereka juga tidak bisa menghindari diri dari gencatan adat yang terus menuntut mereka, hingga berhutang dan memilih jalan perantauan tanpa menyadari arti frugal living dengan perencanaan yang baik.
Frugal Living di Mata Masyarakat Adat
Apa artinya hidup sederhana bagi masyarakat penganut adat istiadat warisan para leluhur mereka? Frugal living atau hidup sederhana bagi mereka adalah hidup seadanya sambil tetap memenuhi kewajiban adat istiadat mereka.
Jika mereka ditanya mengapa harus terlihat susah, tetapi pengeluaran dalam urusan adat begitu besar, mereka akan menjawab bahwa kehidupan seperti itu bukan cuma baru sekarang.