Kado tampaknya sesederhana apa pun, namun daya ikatan secara emosional selalu ada. Saya jadi ingat kisah kecil di Jerman. Orang Jerman senang sekali menulis kartu ucapan.
Kartu ucapan bagi mereka adalah sebuah kado. Kado kata-kata itu sangat berarti bagi mereka. Mereka bisa membaca dan menyimpan itu menjadi sebuah kenangan.
Pesannya bahwa "kamu tidak jauh dari saya" dan kita masih terhubung dalam rasa.
2. Kado Apresiasi atas Dedikasi
Kado apresiasi atas dedikasi bisa menjadi sebuah cerita yang penuh makna. Kado dalam konteks penerimaan seperti itu memang pantas dikenang dan direfleksikan.
Dedikasi dalam ucapan bahasa Jerman berarti Hingabe. Hingabe itu selain berarti pengabdian tanpa pamrih, tetapi juga berarti suatu keterlibatan batin yang besar.
Suatu pengabdian dengan keterlibatan batin yang besar itu memang pantas diapresiasi. Dalam konteks itu sebenarnya bukan soal besarnya sebuah kado, tetapi lebih dari itu arti dari sebuah kado.
Saya ingat pada 14 Desember lalu saya mendapatkan email dari Kompasiana bahwa saya mendapatkan sertifikat online dan voucher premium serta satu tanda mata. Sebagai bentuk apresiasi berkaitan dengan keterlibatan dalam literasi di Kompasiana, tentu saja saya sangat senang.
Setelah menunggu 14 hari, saya mendapatkan paket kiriman itu. Saya sungguh bahagia karena saya sama sekali tidak mengharapkan itu.
Kado apresiasi itu bagi saya telah berubah menjadi kado kejutan bahagia di akhir tahun 2023. Refleksi atas semua itu tentu saja bahwa pengabdian tanpa balas jasa dan imbalan selalu membuahkan penghargaan yang tidak terduga.
3. Kado Seni dan Kreativitas dalam Menulis
Sejak awal saya menulis, saya sudah punya komitmen bahwa saya menulis tidak untuk mengejar uang. Bagi saya, komitmen itu telah menjadi spirit yang menggerakan saya menulis di Kompasiana, namun ternyata ketika saya menulis dengan serius, di situlah saya memperoleh penghargaan.
Tampaknya bahwa menulis itu tidak pernah sia-sia. Orang bisa mendapatkan sesuatu dari kreativitas menulis.Â