Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cara Menjawab Pertanyaan Tersulit Anak yang Ditinggal Sang Ayah

18 Desember 2022   15:32 Diperbarui: 18 Desember 2022   15:36 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara menjawab pertanyaan tersulit anak yang ditinggal sang ayah karena serangan kanker otak | Dokumen diambil dari stadlandmama.de

Adakah cara terindah memberikan jawaban pada anak yang kehilangan sang ayah, "Mama...dimanakah papa? Aku menunggu papa, aku mau makan bersama papa... (cuplikan dari Ino)

Usia-usia anak-anak umumnya melekat dengan usia rasa ingin tahu (Neugierig). Anak kecil selalu mengajukan pertanyaan terkait apa saja; mulai dari apa yang dipikirkannya sampai dengan apa yang dilihatnya.

Kali ini saya akan membahas bukan dalam konteks biasa dan umumnya yang terjadi pada anak-anak, tetapi lebih pada konteks khusus pada anak yang ditinggal sang ayah karena serangan kanker otak.

Pria berusia 50 tahun itu cuma menderita sakit 2 minggu di Rumah Sakit (RS) di Jerman, selanjutnya dokter memastikan bahwa ia pasti akan segera meninggal.

Apa daya ingin hidup bersama sang istri dan dua orang anaknya, tidak lagi bisa menjadi kenyataan masa depannya. Ia perlahan-lahan menutup mata, lalu diam begitu saja, seakan sudah melupakan semuanya.

Ya, ketidakberdayaan itu sering susah dijelaskan, tapi sudah pasti itu bukan kesengajaan. Entah apalah namanya. Singkatnya dalam waktu singkat keluarga kecil itu kehilangan sang ayah.

Sang ibu sendiri harus mengasuh dua anaknya, satunya berusia 5 tahun dan satunya berusia 3 tahun. Keduanya punya pertanyaan yang sama: Mama, di mana ayah? Kapan ayah pulang?

Kedua sudah terbiasa menunggu sang ayah di depan pintu pada jam pulang kerja. Mereka pasti disambut dengan pelukan sang ayah yang begitu mesrah, penuh kasih sayang. Ya, pelukan itu sulit dilupakan.

Itulah alasannya, pada setiap jam siang, pertanyaan yang sama diulang. Pertanyaan-pertanyaan itu sungguh seperti hujatan dan tikaman yang menusuk hati sang ibu.

Baca juga: Malam Persimpangan

Bagaimana menjawab pertanyaan anak-anaknya

Berbohong itu bukan pilihan dan bukan pula tujuan yang menghalalkan cara berbohong itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun