Qatar begitu istimewa di penghujung 2022. Negara-negara dengan pemilik sepatu emas datang ingin mengukir sejarah.
Qatar punya cerita berbeda. Sejarah pada dinding museumnya akan bertuliskan tentang kepulangan negara-negara yang terkenal jago bola.
Jerman menjadi yang pertama pulang tanpa banyak dalil dan polemik buatannya. Â Spanyol pun yang dianggap bakal jadi sang juara, ikut pulang diawali pecah tangis merana di sudut lapangan.
Brasil ternyata menyusul cerita Jerman dan Spanyol. Mereka pulang dengan kecewa karena merasa kemenangan itu ada di tangan dan kaki mereka.
Semua tidak menduga yang merasa-rasa menang, akhirnya dengan hening berpamitan dengan Qatar. Belanda juga punya cerita yang sama.
Gol terakhir pada menit terakhir di babak kedua tidak sangka-sangka begitu sederhana dan indah. Nafas mereka legah. Kita masih punya peluang besar untuk menang.
Tapi, apa nyatanya, semua tidak menyangka. Keberuntungan memang susah diramal di lapangan bola. Di sana hanya ada paradoks yang tak terhindarkan: tangisan dan teriakan sukacita.
Mari kita pulang bagi yang kalah, mari kita tetap tinggal di Qatar bagi yang menang. Qatar pelukis sejarah kekalahan negara-negara besar yang tampil selalu gagah perkasa.
Piala dunia 2022 mengukir sejarah kemenangan negara yang tidak pernah diduga. Siapa dia? Teka teki kemenangan semakin dekat dan hangat.
Semua mata menatap Qatar sambil menunggu cerita dan tanya, akankah Maroko menjadi pemenangnya? Sepucuk doa untuk Maroko kupanjatkan sekarang; semoga yang tidak diperhitungkan menjadi pemenang dari kesombongan si jago bola.