Resesi bisa dihadapi dengan cara-cara kembali ke gaya hidup cerdas ala petani desa, yang kreatif menata kebun dan tanaman yang tahan musim, variatif dan hemat energi.
Sejak awal krisis Covid-19 dua tahun lalu, prediksi tentang datangnya krisis, resesi dan inflasi tidak bisa diam lagi. Bukan cuma itu, ternyata krisis agresi militer Rusia terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022 telah menjadi bukti bahwa krisis, resesi dan inflasi itu bukan lagi mimpi dan hanya sekedar prediksi, tetapi telah menjadi sebuah kenyataan saat ini.
Kenyataan ekonomi yang semakin tercabik oleh kekurangan energi, perubahan iklim dan tensi politik semakin meniup angin ketidakpastian dalam banyak bidang lagi.
Krisis covid menorehkan ketakutan global tentang kematian massal yang di luar prediksi. Krisis perang semakin mengerucut kepada persoalan ekonomi yang bersentuhan langsung dengan resesi dan inflasi.
Meskipun peliknya wajah krisis dunia saat ini, bagi petani kecil di desa terpencil tetap saja tertinggal daya kreatif dan wajah optimis.Â
Optimisme mereka bukan karena mereka tidak takut pada pahitnya inflasi dan resesi nanti, tetapi lebih karena mereka sebenarnya tidak punya pilihan lain lagi.
Pilihan yang tidak terhindarkan saat ini adalah kembali ke alam dan menggarap bumi. Mereka punya keyakinan bahwa tanah dan alam ini masih bersahabat dan masih bisa menghasilkan sesuatu yang mendukung ekonomi dan kemandirian hidup mereka.
Ada beberapa jenis tanaman pilihan yang menjadi prioritas UMKM petani di desa:
1. Menanam sayur jenis sawi, terong, paria, kangkung dan buncis
Jenis-jenis tanaman ini terlihat begitu produktif dan bersahabat dengan alam di Flores khususnya. Pada bulan Juli dan Agustus lalu saya menyaksikan sendiri bagaimana usaha saudara saya di Flores.