Perpustakaan favorit itu bukan soal kesenangan pribadi saya, tetapi soal seberapa bisa menarik minat pengunjung untuk membaca dan belajar menemukan referensi di sana.
Tema rujukan Kompasiana kali ini sangat menarik tentunya. Tema menarik ini bukan saja untuk menyoroti terkait perpustakaan favorit dari masing-masing penulis, tetapi bagi saya barangkali akan menjadi momen penting untuk mengevaluasi tentang keadaan perpustakaan di daerah-daerah kita masing-masing.
Tulisan ini lebih merupakan sorotan dari sisi lain tentang sebuah perpustakaan yang jarang ada pengunjungnya atau bahwa terkesan seakan-akan cuma sebagai sebuah gudang buku.
Ada beberapa alasan ini barangkali menjadi sebab mengapa perpustakaan sepi pengunjungnya:
1. Letak perpustakaan jauh dari jantung kota, di mana banyak universitas dan penghuni lainnya
Perpustakaan yang akan menjadi favorit banyak mahasiswa atau siapa saja yang suka membaca tidak terlepas dari dimana perpustakaan itu ada. Pertimbangan tempat dan lokasi serta tata letak semestinya adalah pertimbangan penting.
Di universitas tempat kuliah saya, perpustakaan langsung bisa dijangkau dari jalan utama dan terminal bus sekitar 3 menit. Letak perpustakaan langsung di jantung dari regio tempat ada universitas.
Nah, tentu tidak menarik jika perpustakaan itu terpisah dari universitas dan jauh dari jantung kota. Tidak heran kalau perpustakaan yang jauh dari kota seringkali sepi pengunjungnya.
2. Fasilitas ruangan yang kurang menarik ditata
Ada beberapa perpustakaan yang memang terletak di pusat kota, namun karena tata ruangan yang kurang bagus dan sangat tertutup kepada pengunjungnya, maka terlihat jarang sekali pengunjungnya.
Soal perpustakaan favorit seseorang bisa-bisa saja menjadi favorit, tetapi apakah yang menjadi favorit seseorang itu sering dikunjungi oleh orang kebanyakan saya kira itu soal lain lagi.