Anak bangsa kita belum terlambat untuk hidup dalam kancah Metaverse. Mari kita dukung dengan gagasan-gagasan positif demi kemajuan bangsa kita sendiri.Â
Jagat dunia maya mengenal istilah metaverse sekurang-kurangnya di saat dunia dilanda pandemi covid 19.
Di bawah nama baru metaverse, manusia membangun komunikasi tanpa batas. Kata metaverse bisa saja terbentuk dari dua kata meta dan verse.Â
Meta dalam bahasa Latin berarti tujuan (Ziel), batas (Grenzen) dan akhir (Ende). Sedangkan verse dalam bahasa latin berarti fegen, kehren tetapi dalam bentuk partizip perfekt passiv berarti telah disapu/diseret secara luas.Â
Dari penelusuran ini tampak bisa dihubungkan dengan kata metaverse secara etimologis dari Neal Stephenson pada tahun 1992 yang disebut dalam novel viksinya, Snow Crash.Â
Istilah itu bisa dimengerti sebagai ruang digital yang konsisten dan persisten yang diciptakan oleh konvergensi virtual. (bdk. Wikipedia.org).
Kalau melihat lebih jauh lagi pemahaman istilah metaverse ke dalam realitas sosial, tampaknya bahwa dunia metaverse hadir bersamaan dengan istilah-istilah lainnya seperti viral yang berarti tersebar secara luas dalam waktu singkat.Â
Bahkan bersamaan dengan kemajuan jejaring sosial muncul pula istilah subscribe, like dan share, multi tasking. Semua istilah itu berkaitan dengan teknologi komunikasi dan juga berkaitan dengan kecepatan yang melampaui batas normal dalam pikiran manusia era sebelum metaverse.
Kemajuan itu semakin kuat dibutuhkan dan dirasakan kegunaannya khususnya pada masa pandemi Covid 19. Tidak terasa sebenarnya manusia melakukan aksi protes pada situasi yang menjebaknya ke dalam ruang terbatas.Â
Istilah yang menyeret manusia terkungkung dalam keterbatasan ruang hidup secara fisik itu dikenal luas dengan sebutan lockdown.Â