Tidak hanya ada perang senjata antara Rusia vs Ukraina, tetapi ada pula perang ekonomi dunia yang sedang berlangsung mulai menyebar dan mengglobal.
Semenjak agresi militer Rusia pada 24 Februari sebenarnya dampak krisis kedua negara itu langsung terasa di Jerman. Perang bagi generasi milenial mungkin tidak lebih dari pengetahuan yang diperoleh melalui dunia perfilman saja.
Tentu tidak seperti itu bagi generasi yang berusia 70 tahun ke atas. Masih ada banyak sekali orang-orang Jerman yang mengalami tragisnya perang dunia kedua saat itu.
Perang itu bisa mengganggu secara psikologis orang yang trauma perang
Saya masih ingat pada tanggal 25 Februari 2022 lalu, saya mengunjungi orang-orang Jompo di tempat kerja saat itu. Hari itu lumayan cerah, meski sedikit dingin. Semestinya tidak punya alasan untuk bersedih.
Akan tetapi, hari itu saya menjumpai lebih dari 15 orang penghuni panti Jompo itu yang pernah mengalami secara langsung, bagaimana peristiwa perang dunia kedua waktu itu.
Kata perang yang disebut ulang saja terasa seperti jari tangan sedang teriris pisau. Kelima belas orang itu menangis begitu spontan. Mereka terdiam dan sambil mengenang kembali semasa mereka menjadi anak kecil yang lapar saat itu.
Mereka menangis mengenang saat mereka ditinggal sang ayah yang harus menjalani dinas kemiliteran. Menangis karena melihat ibu dan ayah mereka dipaksa kerja tanpa digaji.
Tidak hanya itu, kemudian pada malam hari diculik dan dipenjarakan. Sebagai anak kecil ketika itu, apa yang bisa dilakukan. Mereka mendekam di dalam ruang di bawah tanah tanpa punya fasilitas kehidupan yang mencukupi.
Mengenakan pakaian yang sama, makan cuma seadanya dan tidak bisa menikmati tidur yang enak. Terndengar bunyi dentuman bom yang meluluhlantakkan bangunan rumah mereka.
"Oh je, Krieg ist immer schlimm" atau oh je, perang itu selalu buruk, kata seorang oma Knowikz yang sudah berusia 93 tahun. Ketika saya menunjukkan satu video pendek tentang seorang tentara Ukraina yang sedang pamitan pada anaknya, oma itu begitu menjadi-jadi menangis.