Saya akhirnya menjadi semakin memahami ajaran iman saya sendiri, ketika saya terbuka pada ajaran dan pemahaman lainnya.Â
Tema sorotan kompasiana kali ini, bagi saya merupakan tema paling menantang, tetapi juga paling membuat penasaran (neugierig). Perjuangan pertama yang saya hadapi adalah pikiran sendiri untuk melihat secara objektif, bahwa tema Isra Miraj: Memaknai perintah Salat" adalah tema yang ditawarkan kepada semua penulis Kompasiana dan bukan hanya untuk saudara-saudari saya yang muslim.
Selain itu, ada pula gagasan lain yang memotivasi saya sebelum menulis tema itu yakni bahwa Isra Miraj selain merupakan peristiwa yang diimani umat muslim, Isra Miraj adalah juga suatu momen inspirasi spiritual yang terbuka kepada siapa saja untuk memaknainya.
Dua pokok pikiran di atas sunggauh membantu saya untuk mulai membuka literatur tentang Islam dan mendekatkan diri sambil menyelami makna yang kaya di dalamnya.
Sebenarnya tidak begitu asing bagi saya karena latar belakang pendidikan saya, Â pernah hidup di lembaga pendidikan muslim selama 3 tahun, lalu pernah mengikuti kuliah tentang dialog perbandingan agama dan beberapa seminar lainnya seperti ziara ke Mekah dan kota-kota sekitarnya" di Jerman.
Selain itu, sebenarnya saya senang mendengar ceramah-ceramah dari beberapa Ustad Indonesia dan senang juga membaca karya-karya tulis dari Nurcholish Madjid dan Gus Dur.
Tulisan ini merujuk pada tulisan-tulisan Nurcholish Madjid yang bagi saya sangat baik memahami ajaran Islam dan sangat membantu saya untuk memahami Islam dan secara khusus terkait tema Isra Miraj. Tidak lupa pula bahwa dalam tulisan ini saya mengungkapkan juga bagaimana inspirasi yang menyentuh hati saya melalui ungkapan-ungkapan hati yang personal sebagai seorang bukan muslim.
Struktur salat dalam konsep Nurcholish Madjid
Madjid menggaris bawahi struktur salat sebagai awal dan akhir. Salat dibuka dengan takbir (Allah akbar) yang merupakan kontak dengan Tuhan, dan ditutup dengan salam (al-salm-u 'alay-kum) yang merupakan kontak antarmanusia.
Pertama saat membaca struktur salat menurut Madjid ini, saya begitu tercengang dan merasakan keindahannya dalam salat itu sendiri. Saya merasakan bahwa di dalam salat itu ada dua dimensi yakni ilahi dan manusiawi. Allah saya akui dan manusia saya hargai."
Betapa indah dan dalamnya struktur salat itu, jika salat dipahami dalam kerangka struktur  berpikir Madjid. Kedamaian dunia ini tentu tidak bisa dipisahkan dari dua dimensi itu: ilahi dan manusiawi.Â