Secercah cahaya menyentuh rasa saat pagi tergoda senyum kecil Winterjasmin di kota Mainz. Berani-beraninya di musim dingin ini mekar lagi.
Senyum kecil peneduh hati merapat saat jam 7 pagi.
Sekuntum kuning menatap pejalan kaki, gelisah ingin tanya, apa yang kamu sedang cari?
Ketiga-tiganya mekar tanpa katakan kami sedang mekar. Mekar di pinggir jalan sunyi kota ini. Menanti dua pemuda di tanur api di bawah kolong jembatan kecil.
Winterjasmin tersenyum sipu pagi-pagi, desahnya begitu halus dan sepi, "menghibur itu pilihan di tengah krisis."
Senyum kecil Winterjasmin menepis galaunya hari ini. Riuhnya kesibukan sehari seharusnya tak menunda senyum kecil.
Kecil senyumnya, tinggalkan jejak tanya sepanjang hari: Seberapa sering kamu tersenyum hadapi soal-soal hidupmu?
Bisikan sunyi Winterjasmin,Â
"Aku menabur senyum ke tiga arah berbeda;Â
Senyum ke dalam diriku sendiri;
Kutaburkan juga senyum ke langit untuk Penciptaku;
Dan senyum hangatku juga ke samping untuk manusia dan alam hidupku."
Tiga arah itu kulakuan hari demi hari, rutin namun sunyi dari kedalaman hati.Â
Tak biasa kukatakan ini:
"Aku ingin senyum kecilku ditulis. Aku ingin kamu menulis dengan senyum kecil."
Aku merindukan senyum kecil itu menjadi jiwa dari penulis-penulis. Menulislah dengan hati yang tersenyum!"