Mas Bens Leo, sapaan akrab yang terdengar gemanya saat ia sendiri melangkah ke titik terakhir menuju singgasana musik abadi. Kepergianmu meninggalkan jejak saksi tiada akhir.
Saksi cinta pada musik tanah air hingga akhir hayat membara dalam dadamu. Sejati cinta musik nyata di mata kawula muda pecinta musik Indonesia.
Kritis membimbing hingga mekar kuntum-kuntum baru hingga ternama seperti Armand Maulana menjadi penyanyi profesional Indonesia.
Mas Bens kepergianmu membawa duka pada sang istri terkasih Pauline Endang. Duka yang mengagumkan saat sang istri mengatakan ia tidak sendiri, tetapi bersama teman-temanmu.
Jejak hidupmu begitu kuat membekas dalam kalbu anak-anak bangsa. Kata dan penilaianmu meresap dalam sanubari mereka.
Kepergianmu adalah duka bagi bangsa Indonesia. Kehilangan sekaligus penantian, apakah ada Mas Bens yang akan lahir setelah ini nanti?
Mas Bens kiprahmu tetap unik dan beda pada masamu. Keunikan yang dibangun dengan nada-nada harmonis penilaianmu, hingga hari ini gema itu terdengar syahdu.
Kematian yang istimewa, saat Mas Bens sudah tiada, kenangan tentangmu bangkit bercerita. Namamu disebut di mana-mana. Disebut dengan haru dan rindu ingin agar hari hidupmu masih tersisa.
Ingin menyisakan kenangan-kenangan, namun semua melampaui rindu dan keinginan manusia. Dia punya cinta yang dahsyat agar Mas Bens menjadi kritikus musik di istanaNya.
Musik yang tidak membawa semburan nada-nada gila yang menghipnotis rasa dan naluri manusia, tetapi sebuah nyanyian sunyi yang mengubah hati.