Mandalika....izinkan aku menyapamu dengan sejuta rasa terpesona. Biarkan aku mengatakan sesuatu tentangmu saat ini. Seminggu sudah namamu "Mandalika" kusebut setiap hari, tidak hanya dalam hatiku, tetapi kukatakan pada teman-temanku.
Aku ingin mereka juga mengenal nama dan wajahmu yang begitu cantik memesona, eksotis dan naturlich. Diskusi-diskusi kecil  kami seringkali mengerucut ke namamu.
Andaikan Mandalika bisa mendengarnya, maka pasti Mandalika  senyum tersipu-sipu, koq namaku disebut-sebut. Mandalika, andaikan sekarang aku ditanya, siapa nama kekasih favoritku saat ini, maka akan ku tulis namamu dengan huruf kapital MANDALIKA.
Namamu terbersit aroma, rasa dan hawa ingin dikenal bukan cuma orang Indonesia. Nama dan pesona keindahan alam yang baru saja meledak viral bagaikan puteri Indonesia.
Mandalika, aku harus memendam rindu karena jarak dan waktu kita yang berbeda. Namun, cintaku tetap membara untuk mu di sana.
Suatu saat aku pasti mengunjungimu dan ingin berselfi ria bersama mu. Apa sih rasanya jika Mandalika berdiri di belakang ku atau sekiranya itu mungkin, izinkan aku berdiri pada satu sisi hati mu.
Aku tahu dari pesona mu, Mandalika pasti dicintai banyak orang; tidak hanya orang-orang Asia, tetapi juga Eropa. Mandalika, hadirmu membuka lensa dan teropong baru tentang Indonesia.
Indonesia yang bisa menarik Eropa dan negara-negara lain datang merajut cinta dan kenangan bersama Mandalika, Bali, Komodo, Papua, dan Toba. Mandalika bisa jadi ratu perantara yang mempersatukan semua dalam satu arena, ruang dan rasa.
Tebarkan senyum seluas danau Toba, tataplah semua pengunjung dengan rona mata seperti senja Kaimana, semburkan aroma-aroma yang menggoda seperti di pantai Kuta.
Mandalika, jujur aku pendamkan rinduku sekarang, hanya untukmu satu-satunya. Ku tulis nama mu hari ini karena bara cinta ku terus memberontak, ayo tulislah dan sebutkan nama Mandalika.Â