Hari penuh bahagia saat menyebut suatu nama "Pahlawan." Satu nama yang membalut niat berani dan pantang menyerah dalam situasi-situasi sulitnya negeri tercinta.
Niscaya aku petani desa sering topang kepala dan bertanya di manakah pahlawan ku saat ini? Adakah pahlawan untuk para petani di desa-desa?
Batara pahlawan yang tiada henti bicara bela petani desa hingga menjadi petani milenial sekarang, semuanya cuma sinar binar gagasan-gagasan lepas tanpa turun ke lapangan.
Sampai kapan aku menantikan hadirmu di sana? Haruskah derana tabah diperpanjang hingga tahun depan? Elegi susah dan tertinggal petani desa, benar-benar menyeret kami rindu hadir seorang pahlawan untuk petani desa.
Gulana letih telah kami hitung sejak gemerlap kemerdekaan negeri ini, namun keletihan kami belum terganti mesin-mesin yang mempermudah energi dan raga kami.
Buaian istilah, program, ide semuanya tidak berwajah.....tidak cukup berdaya tanpa hadir seorang pahlawan. Petani-petani desa sedang mencangkul dengan mimpi seorang pahlawan bawa deru mesin penolong mereka.
Terbawa alunan mimpi sepanjang tahun hingga berulang tanggal 10 November tahun berikut, pahlawan di manakah engkau saat ini? Kami sangat merindukan bukan lagi dalam kenangan, tetapi supaya engkau hidup kembali dan mengunjungi kami.
Kami ingin pahlawan tahu bahwa kami berjuang untuk negeri ini, namun kami tidak disebut pahlawan para petani. Kami berada di akar rumput cuma dengan sejumput harapan pikiran berubah, cara-cara lama berganti.
Kapan ada nama pahlawan dari kalangan petani desa? Senjatamu adalah cangkul tua, keberanianmu nyata melawan hujan dan angin, badai, panas dan musim tidak pasti.
Kerinduanmu disarung dalam dada agar masa depan anak bangsa menjadi sejahtera. Salam rindu dari petani desa untuk semua pahlawan yang namanya tercatat dan setiap tahun dikenang.