Perubahan musim di satu sisi dan pengemis yang tampak terlantar di sana, berjalan dalam kesunyian sudut kota.
Kota kecil yang berdamai dengan iklim dan pilihan orang-orang pinggiran.
Tiga jam berlalu, kabut pun pergi. Rasa hangat semakin menghampiri dinding kamar, merayu untuk katakan rindu.
Terbentang bayangan di dinding tentang daun-daun terbang kembali menyatu dengan sang cinta, bumi.
Ini bukan kisah tentang kejatuhan, tetapi tentang kembalinya lembaran hidup kepada Sang Cinta, di bumi.
Daun-daun kering bukan hanya berhenti dalam kata yang biasa tentang gugur, tetapi tentang kembali menyelimuti bumi.
Oh bumi ku yang semakin kering, sudah saatnya engkau dibalut dengan rasa rindu dan sayang semalam-malaman.
Biar hangatmu menahan terik mentari yang mungkin membakar wajah indah dan pesona ramah untuk siapa saja.
Bumi diujung musim panas, telah disambut dengan dekapan sayang sang musim gugur. Â
Saat daun-daun ikhlas menyeka wajahmu yang lama merilis rindu menekan emisi benci ini.
Oh indahnya datangmu kini. Datang untuk merilis kembali rinduku yang berlalu dan beku waktu itu.Â