Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cangkir Biru dan Narasi Kebersihan

2 Oktober 2021   19:16 Diperbarui: 5 Oktober 2021   01:16 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang cangkir biru dan narasi kebersihan | Dokumen pribadi oleh Ino

Sederhana sih sebenarnya maksud dari cangkir yang diletakan di atas meja makan. Sampah-sampah kecil seperti tulang ikan, potongan sayur yang jatuh di atas meja makan, atau biji nasi yang tercecer dan lain sebagainya yang dianggap tidak berguna lagi itu bisa dikumpulkan di dalam cangkir biru itu.

Siapa sih yang bisa mengatakan hal itu sulit? Hampir tidak ada seorangpun yang serumah mengatakan itu pekerjaan berat. Namun, kenyataan membuktikan bahwa tidak ada seorang yang bisa melakukannya selain Karelberg.

Nah, dari situ terlihat poin penting dari kebiasaannya yakni bahwa kesediaannya dilandasi oleh komitmen yang kokoh untuk peduli pada lingkungan dan kebersihan, bahkan terserah apa kata orang.

Terkadang ada teman yang punya komentar nakal seperti ini katanya, "Du bist eine blaue Tasse" atau kamu adalah sebuah cangkir berwarna biru. Apa jawabnya, "Ja, egal." Atau Ya, terserah. 

Komitmen untuk peduli pada kebersihan lingkungan mestinya tidak perlu takut pada apa kata orang. Kemurnian niat untuk kebersihan adalah hal utama yang tidak bisa digoyahkan oleh sindiran dan samaran.

2. Tidak mencari hal mudah yang salah, tapi kritis membedakan bahan yang tepat dan sehat

Seorang teman lainnya juga punya keunikan, cuma kali ini sedikit berbeda tempat. Sebut saja namanya Andre. Ia pria Jerman yang punya gelar doktor tapi begitu sederhana memerhatikan hal-hal kecil di dapur.

Saya masih ingat saat setelah selesai menggoreng kentang, tempat gorengan itu ditaruh di tempat cuci. Seorang teman datang lalu menyiramnya dengan air.

Ia langsung menegur, katanya, " itu salah. Kamu harus membersihkan sisa minyak pada lempengan tempat gorengan (Pfanne atau panci) itu dengan menggunakan tisu."

Material itu tidak membutuhkan sabun cuci sebagai layaknya untuk bahan yang lainnya. Cukuplah dengan melap dataran yang ada minyak itu dengan tisu putih, lalu sudah bisa dikeringkan dan dikembalikan pada tempatnya. 

Alasan sederhana saja sebenarnya, cara mengeringkan dengan tisu itu agar permukaan tempat gorengan itu tidak rusak dan juga tidak banyak minyak yang dibiarkan bercampur dengan air. 

Minyak sebaiknya dikeringkan dengan kertas lalu dibuang ke kantong plastik sampah yang sudah disiapkan di dapur. Ya, hal ini cuma cara sederhana agar peralatan dapur itu menjadi awet dan kebersihan lingkungan tetap terjaga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun