Narasi kecil tentang komitmen dan kesetiaan seseorang pada kebersihan lingkungan itu bagaikan satu hembusan angin segar yang menjanjikan kesejukan dan kenyaman hidup.
Beberapa hari ini saya bergulat dengan diri sendiri terkait tema limbah dapur. Ada satu catatan awal yang penting bahwa limbah dapur itu di beberapa daerah masih sebatas cita-cita dan mimpi akan suatu perubahan, bisa saja untuk orang Indonesia umumnya. Ya, masih jauh dari tema keseharian yang perlu lebih serius diperhatikan dan bisa direalisasikan.Â
Sebetulnya dalam konteks masyarakat di desa-desa, bisa dikatakan benar-benar sangat jarang melihat ada inisiatif pribadi seseorang yang mau secara kreatif memanfaatkan limbah dapur.
"Jangankan memanfaatkan limbah dapur, membuangnya limbah dapur dan sampah dapur itu saja sudah susah." Ya, katakan sampai dengan saat ini belum ada tempat standar yang secara umum digunakan di rumah-rumah di seluruh Indonesia.
Konteks seperti itu bukan berarti bahwa tema "limbah dapur" tidak relevan, tetapi justru sebaliknya orang perlu lebih sering berbicara tentang tema limbah dapur, sampah dan hal-hal terkait lainnya supaya kesadaran itu tumbuh semakin baik lagi dan merata ke seluruh wilayah di Indonesia.
Dalam kaitan dengan situasi itulah, tulisan ini lebih merupakan narasi peduli tentang seorang pria kelahiran Bayern Muenchen, Jerman, yang begitu sederhana memerhatikan limbah dapur dan sisa-sisa makanan di meja makan.
Ada empat hal istimewa yang masuk dalam sesi penting tema limbah dapur dalam narasi ini:
1. Kesetiaan untuk menyediakan cangkir biru di atas meja makan setiap hari
Cerita tentang kesediaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik dan yang tidak sering menjadi fokus perhatian orang lain, bagaimanapun juga tetap merupakan cerita menarik dan unik.
Ya, sebut saja namanya Karelberg, ia selalu mendahului teman-teman lain masuk ke kamar makan. Setiap hari jika Karelberg ada di rumah, ia selalu tepat waktu hadir di ruangan makan untuk mengikuti acara makan siang bersama.
Apa yang diperhatikannya tidak lain adalah mengambil sebuah cangkir biru dari lemari, kemudian menempatkan cangkir biru itu di atas meja. Hal seperti itu dilakukannya setiap siang dan pada saat makan malam.