Senja, masih ingat gak, di akhir kata hatiku kemarin dulu kutitipkan harapan bahwa kita berjumpa lagi keesokan harinya?
Aku memang sedikit kecewa karena ternyata engkau datang dengan wajah yang tersamar.
Sejak saat itu, aku diam terpaku sendiri di kamarku dan berusaha menafsir kehadiranmu saat itu.
Ternyata, kamu memberiku satu pelajaran lagi.
Sekarang aku tahu bahwa kamu tidak harus selalu memenuhi keinginanku.
Rencana-Mu pasti berbeda dari rencanaku.
Terima kasih Senja, kehadiranmu dengan wajah yang lain, tetap kurasakan sebagai kerinduan.
Kamu hadir dengan wajah yang tersamar dibalik awan di barat.
Terlihat seperti sepasang mata di bawah gumpalan cahaya .
Entahkah kamu membalas mengintipku di kamar karantina?