Dari bunyi itu dugaan mengarah ke posisi tertentu sekurang-kurangnya bukan di bagian tengah, tetapi pada bagian yang dekat batu lainnya.Â
Dugaan itu dapat menjadi petunjuk pencarian. Ya, tanpa disadari cara-cara sederhana itu sebenarnya latihan sederhana sejak masa kecil tentang cara menganalisis situasi konkret dengan menggunakan teori-teori tertentu.
Dalam hal itu, teori air sebagai penghantar gelombang bunyi sudah bisa ditemukan pada masa kecil, meski pelajaran itu baru didapat di tingkat yang lebih tinggi pada pendidikan formal.
3. Nilai keberanian dan latihan kemandirian (Mut und Unabhaengigkeit)
Pada  kedalaman air 2-3 meter seorang anak akan merasakan kesunyian dan kesendirian. Ya, saya merasakan itu, pada awalnya saya benar-benar takut oleh karena bayangan fiksi, seperti apa jadinya kalau tiba-tiba datang belut yang besar dan lain sebagainya.
Melalui latihan berulang kali itu, saya akhirnya bersahabat dengan kesunyian dan kesendirian di kedalaman 2-3 meter itu. Latihan itu bukan saja soal seorang anak belajar memiliki keberanian, tetapi juga seorang anak belajar memiliki kemandirian.
Ia sendiri di kedalaman tertentu, tetapi nalarnya tetap berjalan bahwa ia mesti terus mencari dan menemukan sesuatu. Ya, ia adalah seorang yang pantang menyerah.Â
Ia bisa aktif berpikir sekalipun suasana sedikit mencekam di kedalaman air. Saya yakin mental untuk atasi sendiri rasa takut itu sangat penting. Dengan kata lain, kemandirian seorang anak itu terkait dengan kemampuan diri sendiri mengatasi rasa takut.
4. Nilai perjuangan dan kerja keras
Nilai lain yang bisa dilihat dari permainan masa kecil sembunyikan batu di dalam air itu adalah nilai perjuangan dan kerja keras. seorang anak sudah belajar dengan filosofi bawah sadar bahwa untuk menemukan yang dicari yang memungkinkan dia memperoleh sesuatu yang lebih berarti, ia mesti punya kemampuan ini:
a. Ia mesti bisa menenggelamkan dirinya