Kalau saya sejenak menutup mata membayangkan sekali lagi bagaimana masa-masa itu terlibat aktif dalam permainan sembunyi batu di sungai, maka saya begitu bersyukur bahwa saya punya masa kecil seperti itu.
Suatu masa kecil yang jauh dari kemajuan dan perkembangan, namun tidak tertinggal dalam gairah rasa ingin tahu. Ilmu pengetahuan rupanya tidak hanya menemukan basisnya di ruang kelas, tetapi juga di alam kebebasan anak-anak yang membiarkan rasa ingin tahu mereka terlepas bebas tanpa dinding ambisi dan program-program formal.
Di sana mereka menemukan bahwa hidup dituntun oleh rasa ingin tahu itu. Bahkan yang namanya kemenangan itu berawal dari rasa ingin tahu hingga mencari sampai menenggelamkan diri dalam ruang realitas yang dihadapinya.
Dalam kedalaman rasa ingin tahu dan pencarian yang militan itulah dia bisa mengalami betapa berartinya suatu penghargaan dan kemenangan.Â
Melalui permainan itu, anak-anak belajar mengenal tentang rasa ingin tahunya sendiri, tentang dunia dan keraguannya pada saat mencari yang penting bagi usahanya.
Nilainya bukan lagi seekor udang, atau biji kenari dan satu buah jambu hutan, tetapi kepuasan karena militan mencari hingga menemukan yang dicari.
2. Mengasah feeling dalam menemukan yang tersembunyi (Gefuehl, etwas zu finden)
Mencari batu di dasar sungai atau air dengan kedalaman dua sampai tiga meter sebetulnya bukan lagi hal yang mudah. Karena itu orang membutuhkan feeling dan pengamatan yang hening pada saat aksi menyembunyikan batu itu.
Ada dua cara yang sangat menolong untuk menemukan tempat persembunyian batu oleh teman kita: pertama, pada teman menenggelamkan diri, orang perlu memerhatikan arah gerak gelombang air, ke mana ia pergi.Â
Kedua, bisa juga dengan cara menenggelamkan diri posisi lain untuk mendengar melalui energi air. Jika teman kita menyembunyikan batu itu pada sebuah batu, sentuhan pada batu lain itu bisa menimbulkan bunyi tertentu, bisa didengar dari jarak tertentu di bawah air.