Di belakang pria itu ada dua kursi yang tidak ditempati oleh seseorang, namun ia tidak menempati tempat itu, tetapi berdiri sambil mondar mandir. Cuma kesan saja, ia seperti sedang gelisah.
Karena melihat pria itu berdiri dalam keadaan tidak begitu tenang, saya akhirnya berdiri dengan jarak sekitar dua meter lebih dari pria itu. Dari tempat saya berdiri saya sama sekali tidak bisa melihat petugas piket yang ada di depan untuk memanggil tamu-tamu yang baru datang.
Karena itu, sesekali saya berusaha menunjukkan muka sedikit ke depan. TIba-tiba datang seorang pria lain lagi, semestinya dia di posisi belakang, namun tidak tahu kenapa, ia datang dan langsung berdiri paling depan antara kami dua orang yang sudah ada sebelumnya di sana.
Coba bayangkan, siapa sih yang tidak kesal? Sudah menunggu dengan posisi berdiri ikut antrian, malah yang kemudian langsung serobot dan menjadi paling depan.
Waktu itu tanpa komunikasi sama sekali di antara kami. Saya diam dan berusaha memaklumi saja. Sepuluh menit kemudian, saya dipanggil untuk menunjukkan kartu asuransi kesehatan.
Beberapa menit di loket panggilan itu, lalu saya diminta untuk menunggu di ruang tunggu di sebelah kanan. Ruangan itu seperti satu kamar kecil mungkin hanya seluas 3 x 4 meter persegi.Â
Di dalam ruangan itu sudah ada 7 orang. Dari jumlah itu terasa sekali sudah tidak nyaman, meskipun semuanya wajib mengenakan masker. Di dalam ruangan itu disediakan majalah aneka tema, kemudian juga air minum dan beberapa gelas.
Ada empat orang pemuda yang terus mengobrol dengan suara yang keras, sambil mondar mandir. Pokoknya terasa sangat mengganggu yang lainnya, lalu menelpon juga dengan suara yang keras sambil maki-makian.Â
Pengalaman itulah yang mendorong saya melihat sebenarnya orang perlu juga belajar cara menunggu yang baik di ruang tunggu. Apa saja cara menunggu itu:
1. Orang perlu menunggu dengan kesadaran bahwa respek pada orang lain tetap harus ada
Ruang tunggu sebelum bertemu dokter sebetulnya untuk orang-orang yang berkaitan dengan cerita sakit tertentu. Â Umumnya orang sakit membutuhkan ketenangan, bukan keributan dan kegaduhan lainnya.