The Sound of Borobudur adalah suara tentang keheningan sejarah bangsa kita yang pernah terbuka pada peradaban dunia dan transformasi tanpa sekat dengan orang-orang yang berbeda.
Nama Borobudur dikenal dunia dan telah menjadi target wisata umumnya di Indonesia dan target paling penting di kota Yogyakarta khususnya. Borobudur sudah dikenal sejak kecil melalui pelajaran di Sekolah Dasar khususnya, cuma sayang sekali sampai sekarang ini, saya belum pernah mengunjungi  tempat istimewa itu.
Meskipun begitu, rasa ingin tahu tentang Borobudur terjawab melalui tulisan para turis dan penulis-penulis tanah air lainnya. Kekaguman saya tetap sama bahwa Borobudur unggul dalam 3 hal ini: presisi, mistik dan musik.
1. Presisi
Bangunan tua dan besar itu tidak boleh dilihat, dikagumi tanpa menyadari aspek presisi dari ahli bangunan. Presisi menurut definisi KBBI berarti ketepatan; ketelitian.
Ketika melihat foto-foto tentang Borobudur baik yang ada di media sosial, maupun di media cetak, saya sungguh tertarik dengan ketelitian ahli bangunan.
Presisi itu sebenarnya berkaitan dengan perhitungan matematis. Namun dalam konteks bangunan Borobudur, presisi itu bukan saja soal perhitungan yang jeli terkait sudut, sisi, tinggi, lebar, panjang, tetapi juga terkait rasa seni sehingga sungguh punya jiwa yang hidup dan makna bagi kehidupan.
Presisi dalam cara membangun dengan sekian banyak relief di sana tidak lain untuk menyampaikan pesan yang tidak pernah terungkap dan terdengar bahwa ahli bangunan waktu itu adalah orang-orang yang jenius, ya seniman yang sangat teliti memperhitungkan jiwa dari sebuah sudut bangunan.
Ketelitian tingkat tinggi itulah yang melahirkan kekaguman tentang betapa nyatanya Borobudur itu menggambarkan dan bahkan menyuarakan cerita sejarah dan peradaban di Asia Tenggara umumnya dan Indonesia khususnya.
Gema suara Borobudur bagi saya adalah gema suara para seniman dan arsitek yang merancang bangunan Borobudur itu sendiri. Presisi berkaitan dengan angka-angka.
Bangunan Borobudur sebetulnya punya angka-angka terkait:Â