Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Gong Indonesia, Digemari di Jerman

18 April 2021   19:43 Diperbarui: 18 April 2021   20:49 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gong sebagai alat musik untuk kalangan orang Eropa rasanya baru dan asing. Sekurang-kurangnya sebagai alat musik modern sangat jarang dibicarakan atau bahkan ditemukan. Meskipun demikian, kenyataan itu bukan tidak mungkin bahwa Gong akan masuk ke dalam jenis alat musik yang disukai banyak orang Eropa. 

Saya ingat beberapa waktu lalu, seorang guru Musik yang pernah ke Indonesia membunyikan Gong dalam acara doa bersama di kota Mainz. Dari kejauhan 7 meter, saya mengamati Gong itu dan bagaimana cara memukul Gong itu. Tidak hanya kesan bahwa bunyi Gong itu sangat menarik, yang bisa saya tangkap dari acara itu, tetapi bahwa juga ada kesan penasaran. 

Suasana baru dalam acara itu tampak mempesona, tentu menjadi lain dari suasana biasanya. Kehadiran dan penampilan secara fisik saja sudah bisa menghipnotis orang-orang yang hadir hingga bertanya, mau ngapain dengan Gong itu? Kehadiran alat musik yang unik itu mampu menarik perhatian dan rasa ingin tahu tentu apa hubungannya Gong dengan acara kerohanian seperti itu. 

Tentu sejumlah pertanyaan lain, terdorong oleh rasa ingin tahu bermunculan. Saya juga demikian, penasaran dan benar-benar penasaran, karena kayanya sih Gong seperti itu ada di Indonesia. Pertanyaan itu, tertimbun dalam ingatan selama satu setengah jam. Sambil terus menahan nafas dengan bendungan rasa indah oleh getaran dan gema Gong yang begitu mempesona. 

Lempengan metal yang telah ditempa dengan kesabaran ekstra itu, tidak lagi dikenal sebagai metal, tetapi berubah nama dan fungsi. Lempengan metal itu telah berubah menjadi Gong dengan fungsi khasnya sebagai instrumen dalam ruangan pentasan yang memukau mata dan menyentuh kedalaman rasa rohani manusia.

Bukan tidak mungkin bahwa kebanyakan orang bosan dengan hal yang sama atau bahkan bosan dengan acara-acara yang monoton apalagi dalam waktu yang lama. Kemampuan orang untuk mendengar tidak bisa lagi fokus dalam waktu lebih dari 30 menit, karena itu penyelenggara acara mesti bisa pandai menata acara dengan sesuatu yang lain, agar konsentrasi dan perhatian peserta tetap terarah.

Nah, inilah pengalaman nyata bagaimana Gong itu sendiri pernah mengubah kebosanan peserta untuk mengikuti cerita yang panjang. Instrumen Gong bisa disisipkan pada sela-sela bacaan bahkan sejauh mungkin bunyi dan suara Gong disesuaikan dengan karakter tokoh. Untungnya bahwa lempengan metal itu bisa berubah-ubah suaranya, tergantung pula bagaimana cara menyentuhnya dan dengan alat apa.

Keberagaman suara dan gema yang dihasilkan di setiap fase cerita dengan tegangan masing-masing terlihat mampu sekali menarik perhatian peserta atau penonton. Bahkan bisa dikatakan, penonton seakan terbawa emosi untuk menantikan apa yang akan terjadi setelah bunyi atau gema yang sekarang.

Ternyata, penampilan yang memukau itu tidak terlepas dari cerita tentang alat musik tradisional Indonesia. Gong serupa pernah saya temukan di Yogyakarta. Selain itu, sudah sangat jarang Gong seperti itu ditemukan di Flores.  Memang pernah ada yang nama Gong warisan adat, yang hanya dipakai pada momen tertentu saja. 

Menurut cerita beberapa orang tua, Gong dalam konteks suku, dipakai sebagai sarana komunikasi. Gong dibunyikan hanya untuk menyampaikan pesan penting. Pesan yang layak dalam tradisi adat istiadat itu adalah pesan sukacita ketika ada tamu yang baru saja datang, atau juga pesan duka, karena kematian ketua suku atau tokoh-tokoh adat lainnya.

Dalam konteks musik tradisional Indonesia, Gong bisa ditemukan dalam musik Gamelan. Dan menariknya, bahwa guru musik di kota Mainz itu pernah membawa Gong dari Yogyakarta, dan ia sendiri tahu tentang Gamelan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun