Pena sang seniman bisa melukis sejarah dengan cara yang tidak biasa. Ia melukis sampai orang lain menulis dan bersuara.
Teknologi dipelajarinya bukan untuk popularitas dirinya, tetapi untuk kemajuan bangsa dan Tanah Air tercinta Indonesia.
Pagi tiba kembali seturut rencana Pencipta. Hari ini wajah cerah langit membangkitkan gairah pergi-pergi sebentar. Tiba-tiba, pesan baru tiba meniup dering ring...ring. Ternyata pesan dari seorang Mahasiswa yang punya hobi istimewa, menggambar dan melukis apa saja.Â
Hari ini tak kusangka, ia melukis sketsa wajah tokoh nasional, BJ Habibie. Apa alasannya? Ia bak pelukis ternama, mesti terlalu jarang ditemukan  di sana. Kucoba melihat dengan nalar kritis apa arti dari goresan pena pelukis sketsa wajah BJ Habibie.
Putera Pare-Pare Sulawesi, kelahiran 25 Juni 1936 tercatat dalam wikipedia bahasa asing sebagai seorang ilmuwan dan politisi Indonesia. Bahkan dalam waktunya yang singkat 1998-1999 pernah menjadi Presiden Republik Indonesia.
Sketsa wajah BJ Habibie menyeret gagasan dan imajinasiku untuk kembali membaca sejarah tentang ilmuwan dan politisi itu. Sketsa wajah karya seniman dari timur itu mengajak orang berpikir dan menggantung cita-cita setinggi Habibie.
1954 ia pergi ke Jerman dengan mimpi menguasai ilmu kedirgantaraan di RWTH Aachen Universitas. Sepuluh tahun kemudian, ia merebut predikat Summa cum laude dan menerima gelar doktornya. Sketsa wajah itu menyimpan cerita tentang kualitas pendidikan tokoh nasional.
Sketsa tentang prestasi istimewa orang Indonesia di Eropa. Ia pernah menjadi wakil presiden eksekutif senior di Messerschmitt-Bölkow-Blohm. Kecerdasannya mewariskan cerita tentangnya pada tahun 1988 menjadi warga negara kehormatan RWTH AAchen Universitas.
Sketsa tentang BJ Habibie menyimpan jejak sejarah tentang kembalinya ke Indonesia pada tahun 1974 dan diangkat menjadi Menteri Riset dan Teknologi. Sketsa tentang kemampuannya meretas ketertinggalan Indonesia hingga 1978, Indonesia dibawanya masuk ke dalam kancah baru teknologi modern.
Jejak sejarah tentang pembawa Indonesia masuk ke ruang teknologi modern itu, menuai reputasi dan kredibilitas tak terkira oleh seluruh rakyat Indonesia. Ya, sketsa sejarah yang membuka kenangan krisis Indonesia pada tahun 1998. 10 Mei 1998 menjadi wakil Presiden dan pada 21 Mei 1998 menjadi presiden ketiga Indonesia.
Tak terduga ilmuwan berubah menjadi politisi yang berjiwa reformasi untuk mengubah kediktatoran sebelumnya menjadi demokrasi. Sketsa yang tidak boleh lupa dari jejak perubahan Indonesia melalui tiga hal istimewa: pertama, mengizinkan serikat buruh; kedua, dimulainya pemilihan umum bebas dan pembebasan tahanan politik (Tapol) dari penjara; ketiga, mengizinkan referendum kemerdekaan di Timor Timur dalam waktu yang sangat singkat.