Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Problem yang Never Ending atau Challenge untuk Lebih Baik Lagi?

11 April 2021   05:54 Diperbarui: 11 April 2021   08:44 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doinggoodchallenge.de

Setiap hari sudah pasti seseorang berkomunikasi dengan banyak orang, apakah itu komunikasi langsung, maupun komunikasi melalui berbagai macam media. Otomatis dalam setiap momen komunikasi itu berisikan tema-tema percakapan. 

Umumnya mulai dari tema kerja, pendidikan, rumah tangga, politik, bencana banjir, hutang, korupsi, ghosting, baper, prank, kepo, dll. Tentu ada beragam tema yang menjadi hidangan percakapan setiap orang bersama dengan lawan bicaranya setiap hari.

Dari sekian tema yang dibicarakan entah langsung maupun tidak langsung, orang akan menjumpai kata yang sama, seperti "problem atau masalah" Mungkin orang tidak sadar.  

Sekurang-kurangnya berangkat dari kesadaran dan pengamatan pribadi dalam hidup bersama dalam satu komunitas internasional. Sebenarnya mudah sekali untuk tahu dalam kesempatan apa masalah atau problem itu disebut.

Dalam tulisan ini, saya sebutkan satu kesempatan yang sudah pasti orang akan melihat dan mendengar tentang problem atau masalah, yakni ketika orang menonton dunia dalam berita, entah di negara mana saja. 

Oleh karena begitu seringnya tayangan tentang persoalan, masalah dunia ini, suatu saat saya mengundurkan diri untuk tidak mendengar dan menonton berita itu. Memang sih, waktu itu pikiran saya menjadi jauh lebih tenang. 

Teman saya orang Belanda pernah dalam tutur bahasa Jerman, dia berkata begini: Mein Gott, ueber all sieht man nur Probleme atau "Oh Tuhan, di mana-mana orang lihat hanya persoalan-persoalan." Meskipun dia mengatakan seperti itu, dia tetap saja menonton dan mengikuti semua berita itu. Ya, saya sih kagum sekali dengan orangtua yang sudah berusia 82 tahun itu. 

Saya akhirnya menyadari hal yang penting ini: Usia dan kematangan pribadi seseorang tentu berbeda-beda. Usia dan kematangan cara berpikir pasti juga ada hubungannya. 

Suatu waktu, saya memberanikan diri untuk bertanya padanya, mengapa ia tidak menghindari dari berita tentang problem itu. Jawabannya sangat mengejutkan saya. 

Saya terjemahkan langsung saja: Tidak tahukah kamu bahwa saya seorang Karmelit yang dipanggil Tuhan untuk berdoa bagi dunia dan orang-orang yang punya persoalan? 

Waktu itu saya menjadi tahu bahwa ia sungguh seorang pastor Karmelit. Ya, para Karmelit memang dipanggil untuk menghayati kharisma hidup mereka yang berdoa, bersaudara dan melayani. Ia bertanya kepada saya, sampai saya menjadi kapok pada waktu itu. Katanya, "Ayo katakan kepada saya, di mana di dunia ini yang tidak punya problem, di Indonesia?" Telinga saya langsung merah setelah mendengar pertanyaan yang keras dan tajam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun