Setiap hari saya mengalami kejutan, ya tentunya dengan skala yang berbeda. Ada kejutan karena berita-berita yang lucu dan menyenangkan, yang dikirim oleh teman yang sudah lama sekali tidak pernah mengirim pesan. Ada juga kejutan karena tiba-tiba memperoleh kiriman kado dari seorang teman yang tidak pernah beri kabar sebelumnya. Yah, tentu macam-macam. Hari ini saya punya beberapa kejutan yang unik.Â
1. Saya mendapatkan kiriman video dengan judul "Tes tahan nafas": 2 lingkaran = sehat; 5 lingkaran = hebat; 10 lingkaran=jawara, Ayo di tes, coba bisa tahan nafas berapa putaran?
Waktu saya menerima pesan itu masih dini hari. Coba bayangkan, masih dini hari, lalu masih di tempat tidur, sudah minta tahan nafas. Ini benar aneh kan? Pada masa krisis Covid ini orang pada takut sesak nafas, kok ini minta tahan nafas sih. Meskipun demikian, karena rupanya ini hanya untuk mengetahui kesehatan sendiri, maka saya coba bangun dan duduk di atas tempat tidur, lalu menahan nafas. Eh, ternyata saya sampai enam lingkaran. Senang juga seh, dalam arti saya masih sehat. Â Ngak tahu ya, benaar apa gak video itu. Saya akhirnya membayangkan, kalau seandainya orang bisa sampai 10 lingkaran berarti menjadi jawara, tetapi juga bisa datang kejutan tiba-tiba langsung meninggal kali ya. Ya, rasanya lima lingkaran saja sudah susah, apalagi sepuluh lingkaran. Pertanyaan saya, mengapa orang menyebarkan video seperti itu tanpa keterangan seperti video ini dibuat berdasarkan hasil penelitian. Keuntungannya bahwa saya memperoleh kesan secara psikologis saja, bahwa saya masih sehat.Â
2. Satu pesan yang dikirim lanjut, entah mulai dari mana, tapi saya mendapatkan itu juga ketika masih leyeh-leyeh. Ayo test IQ Anda! Saya akhirnya tarik nafas sebentar, lalu pikir saya, kenapa sih hari ini pada gitu semua. Pesan-pesan ini pada minta ayo coba, ayo tes lah. Ampun deh. Dunia ini sudah gila kali ya. Â Meskipun begitu, penasaran juga sih, karena ketika membawa pesan itu rasanya sih gak zonk (gak berisi atau kosong) banget gitu. Lalu saya mencoba mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada meski masih setengah sadar. Terakhirnya menunjukkan hasil yang mengejutkan.Â
Kok bisa ya, hasilnya segitu. Maaf ini rahasia pribadi dong. Anehnya, kejutan itu meninggalkan rasa ingin tahu dan ingin coba, apa jadinya kalau dalam keadaan yang sadar terbangun tidur mengikuti tes itu. Penasaran dengan itu, setelah makan siang, saya mencoba lagi, eh malah lain lagi hasilnya. Pertanyaan saya, benar gak ya? Sayang sekali bahwa tidak ada yang bisa ditanyakan secara langsung kebenaran hasil tes itu. Itu hanya ada link. berbeda dengan zaman dulu ketika hendak masuk universitas, maka harus mengikuti tes IQ secara langsung peserta mengisi lembaran jawaban yang telah disiapkan. Anehnya, meski itu tes itu bukan sebagai persyaratan masuk universitas, tetapi jantung juga ikut berdebar. Kenapa ya? Jujur ni, takut dapat angka di bawah rata-rata. Ampun deh kalau dapat, 00-29, maka jadi idiot. Kalau dapat angka itu, parah nih, bisa-bisa terkejut dan pingsan. Saya sungguh tidak mengharapkan kejutan seperti itu.Â
3. Kejutan ketiga, itu tidak main-main lagi, tetapi sungguh serius, berita tentang sang Guru Donatus Jogo yang pernah tiga tahun menjadi guru saya. Ini benar-benar kejutan yang tidak enak dan menyedihkan. Kenapa seh, beberapa kali saya tiba-tiba ingat orang-orang yang jarang mengirim pesan, eh lalu dengar berita bahwa meninggal dunia. Mungkin juga teman-teman pernah mengalami hal seperti itu.Â
Kejutan yang tidak enak itu, kalau berkaitan dengan berita sakit, kena Covid dan bahkan kejutan yang paling menyedihkan adalah tentang seseorang yang baru saja kita ingat, lalu meninggal dunia. Mengapa kejutan seperti itu menjadi kejutan yang tidak enak dan menyedihkan?Â
1. Hubungan emosional
Setiap orang tentu punya hubungan emosional tertentu dengan orang lain, selain sudah pasti secara emosional lebih dekat dengan keluarga. Wajar sih seperti itu. Saya terkejut dan merasakan kehilangan hari ini. Secara emosional saya cukup dekat dengannya. Dalam suatu cerita pada Desember 2020 lalu, bapak guru Donatus Jogo mengaku seperti ini: Kita ini bukan keluarga, tetapi telah menjadi teman, tapi teman yang menjadi lebih dari keluarga. Saya terkejut dengan ucapannya waktu itu. Mengapa? Bagaimanapun juga saya tetaplah anak muridnya.Â
2. Metode pembelajaran yang unik
Saya pernah mendengar bagaimana dia mengajar tentang Pendidikan Moral Pancasila (PMP) Itu kenangan untuk kurikulum lama. Pada suatu kesempatan persiapan cerdas cermat, bapak guru Don panggilan khasnya, masuk ke kelas dan menjelaskan tentang cara menghafal dengan cepat dan singkat. Wah menarik ni rasanya. Oleh karena mata pelajaran PMP termasuk mata pelajaran yang dilombakan, maka hal penting yang harus dipelajari adalah bagaimana menguasai 36 butir Pancasila. Maaf pada zaman itu, 36 butir Pancasila sangat penting. Sebagai peserta lomba, kami diminta supaya bisa menghafal semuanya. Sampai saat ini saya rumusan dari butir-butir dari satu sila seperti ini: pehosati. Tampak sederhana, karena cuma satu kata, padahal dari satu kata itu, saya bisa ingat empat butir yang diawali dengan silbe atau dua huruf awal pe, ho, sa, dan ti. Melalui metode itu, saya bisa menghafal 36 butir dengan begitu gampang.Â