Kepuasan batin akan jauh lebih dalam, ketika uang Anda bisa untuk menyelamatkan sesama manusia, daripada puas dengan menggendong dan memeluk kucing rumah yang baru dibeli saat krisis seperti sekarang ini.
Maaf saya juga suka kucing, cuma kalau kucing itu sudah ada di rumah, tetapi kalau sekarang harus beli, maaf pasti tidak menjadi bagian dari prioritas saya saat ini. Memiliki hobi itu baik, cuma kadang orang perlu kritis memilih hobi apalagi pada saat pandemi ini.
Hobi saya sekarang adalah menulis hal-hal kecil. Ya, menulis tentang kucing dan orang miskin misalnya. Menulis untuk memperlihatkan paradoks pilihan manusia dewasa ini atau saat ini. Saya percaya dengan kekuatan kata-kata yang positif. Kata yang positif itu jauh lebih berenergi dari suara kucing tentunya.
Tapi, saya patut berterima kasih, gara-gara gambar kucing itulah, saya akhirnya bisa menulis tentang pilihan dan prioritas, tentang nilai, tentang bencana batin manusia, bahkan dari kucing itu, muncul pula inspirasi dari Mbah Surip, berupa satire di musim banjir untuk pemerintah DKI.
Saya hanya punya harapan agar pembaca bisa tergerak hati sehingga belajar merefleksi dan membuat pilihan keberpihakan pada sesama yang sedang berteriak minta tolong saat ini.Â
Diakhir tulisan ini saya mengutip puisi kecil dari kumpulan puisi Heribert A. Huneke (1932) dan Elias Kohnen (1951), dengan judul: "Bersamamu: Pada saat aku menjadi kamu, kamu ada di dalam diriku, aku bisa merasakan matahari di tengah hujan dalam kabut yang membuka keluasan rasa sakit berjalan dalam kegembiraan."
Tataplah realitas dunia ini dengan mata yang jeli seperti mata kucing, maka Anda akan bisa menentukan skala prioritas dalam hidup Anda"
Ino, 23.02.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H