Kadang saya pikir menulis itu sebagai suatu hobi. Ya hobi mengungkapkan sesuatu yang dilihat, dipikirkan, dibaca, dijumpai, dan masih banyak hal lainnya. Pokoknya karena hobi itu ada, maka saya bisa menulis tentang apa saja.
Sekarang saya ingin menulis tentang sesuatu yang santai dari keseharian yang lucu, aneh, tapi juga menarik. Apa yang menarik dari Sambal Flores vs budaya Jerman?Â
Tentu saya berangkat dari eksperimen kecil saat tinggal bersama orang Jerman. Orang Jerman lebih menyukai makan roti daripada nasi, lebih menyukai sup tanpa sambal yang pedas-pedas. Atau juga kalau mereka makan roti, maka mereka pasti membutuhkan mentega, selai, madu, dll.Â
Budaya makan seperti itu bagi saya menarik, namun kalau jujur dari hati, rasanya tawar. Alasan saya sederhana, karena daerah dingin. Saya berasal dari Flores, terbiasa kalau makan ada sambal ulek dan sambal pedas lainnya. Kelezatan makanan itu sangat dipengaruhi oleh bumbu masakan, aroma dari pencampuran bumbu alam dan bumbu khas lainnya.
Nah, suatu waktu saya mampir pada sebuah toko Asia yang tidak jauh dari rumah tempat tinggalku. Saya coba melihat-lihat, ada apa saja di sana. Eh, ternyata...sungguh sangat menghibur.
Soalnya di toko Go Asia, hampir semua bumbu yang ada di Flores atau umumnya di jual di Indonesia itu ada di sana. Di sana ada batang sereh, ada juga jeruk nipis, dan beberapa dedaunan yang wangi, maaf lupa apa namanya. Ya ada juga daun bawang, bawang merah, daun kemangi.
Oleh karena suka makan sambal pedas, maka saya membeli bahan-bahan itu di Go Asia dan mulai membuatnya menjadi sambal khas Flores. Suatu waktu seorang teman di rumahku dikunjungi lima temannya, ya ibu-ibu paruh baya.
Hari itu suhu udara 2 derajat, jadi lumayan dingin. Kebetulan sekali siang itu tukang masak menyiapkan soto ayam. Seorang teman berdiri dan memperkenalkan sambal buatanku.
Katanya, "Ini sambal Flores yang sangat enak, cocok juga kalau dicampur dengan soto ayam ini." Kelimanya mulai meminta dan mencoba sambal Flores itu.
Lima menit setelah makan sambal buatanku itu, kata seorang ibu, "Wow, das ist wirklich eine innere Heizung" atau wow ini benar-benar pemanas dari dalam.
Kami semua satu meja makan meledak tertawa. Setelah itu saya mengatakan kepada semua: Oh minta maaf kalau sambalnya pedas. Tamu yang lainnya menjawab begini, "Wah, pedas-pedas, tapi enak lho."