Sunyi kota Mainz sesunyi embun pada tangkai bunga-bunga pagar dekat gereja tua itu. Kenapa embun itu hinggap dan bertahan pada setangkai bunga kecil Winterjasmin?
Merpati beterbangan melampaui menara tinggi kota itu. Lalu terbang rendah hingga berkumpulan di samping gereja tua. Merpati-merpati itu tidak pernah bertengger pada tangkai Winterjasmin. Bunga kecil yang sejuk sunyi bersama embun jernih dibiarkan tersenyum.
Kuning segar menawan Winterjasmin itu
Memesona mata yang terlalu lama melihat dahan-dahan ranggas. Serupa terompet kuning kecil bunga itu menginspirasi. Terompet sunyi menunggu detak jatuh sang embun sejuk itu.
Kuning, putih dan jernih paduan tak terduga di pesisir jalan kecil kota tua itu. Bunga pertama yang mekar di musim dingin. Mekar meski tanpa sinar mentari pagi mengunjunginya.
Bunga kecil Winterjasmin di pesisir duka yang berani tersenyum tanpa masker pelindung virus. Tersenyum ramah, meski tanpa kata-kata. Ia hanya menahan setitik embun agar bersamanya menanti perginya Senja dan Salju.
Oh bunga kecil, penggoda imajinasi hari ini
Oh embun kecil, penyejuk hati waktu kini
Tak mungkin sekedar ada di sana
Tak biasa yang kecil itu berbicara
Tak ada kebetulan paduan akrab Winterjasmin dan embun jernih
Terlihat karena punya mata
Tersimpan karena punya kamera
Terbaca karena ada tulisan
Wahai bunga kecil mengapa kau menulis dengan tinta dirimu. Wahai embun kecil, mengapa kau bertengger di sana? Pernahkah kalian berdiskusi tentang keindahan dan kesejukan zaman?
Ino | Mainz, 29.01.2021