Animasi. Siapa yang tidak suka menonton animasi. Sebuah animasi baik berupa film animasi panjang berseri, film pendek yang hanya berlangsung beberapa menit, sampai iklan produk menggunakan gambar fiksi bergerak ditambah efek yang memancing imajinasi, akan membuat decak kagum banyak orang. Baik yang tua maupun muda. Dewasa ini, film animasi terus mengalami perkembangan pesat seiring dengan berkembangnya teknologi. Bahkan sekarang beberapa animasi terkenal telah mendapatkan adaptasi film live action, yakni sebuah penggabungan efek animasi dengan aktor dunia nyata. Sebut saja beberapa studio animasi terkenal seperti Dreamworks, Disney dan Pixar. Beberapa studio dari negeri tetangga kita Malaysia seperti Les Copaque, Wau Animation dan Animonsta juga telah berkembang dan hasil karyanya ditonton oleh anak-anak di Indonesia. Sebut saja Upin dan Ipin, Boboiboy, Ejen Ali dan banyak lagi.
Namun di Indonesia sendiri, perkembangan animasi cenderung lambat. Animasi asli karya anak bangsa yang hadir di layar kaca atau populer bisa dihitung dengan jari. Bahkan jarang sekali ada animasi Indonesia yang tayang di bioskop setiap tahunnya.
Mengapa animasi Indonesia kurang populer di negeri sendiri?
Animasi bukan hanya tentang membuat gambar semata, tetapi juga memerlukan karakter, cerita, pengisi suara, latar tempat, musik dan banyak hal lagi agar menarik untuk dinikmati. Film animasi membutuhkan dana yang jauh lebih besar daripada pembuatan sinetron atau film biasa. Sebab dunia dalam animasi semuanya adalah rekaan. Perlu banyak orang, dana, perangkat yang digunakan agar suasana dalam film animasi menjadi hidup, tidak kaku, serta nyaman untuk ditonton.
Beberapa dari masyarakat Indonesia juga masih menganggap animasi atau kartun adalah film untuk anak-anak. Padahal di luar negeri pasar animasi cukup luas. Ada animasi dengan kategori untuk semua umur, kategori bimbingan orang tua, atau kategori remaja tergantung dari ceritanya.
Karakter animasi Indonesia kurang menarik
Tokoh dalam sebuah cerita adalah hal yang sangat penting. Perjalanan yang dilalui seorang tokoh utama dalam cerita akan membuat kita bersimpati, peduli dan semangat dalam menyusuri alur cerita hingga film berakhir. Sayangnya dalam animasi Indonesia masih belum ada karakter tokoh yang benar-benar kuat, memiliki ciri khas sehingga membuatnya unik dan berbeda dengan animasi luar.
Para animator Indonesia cenderung ingin menciptakan tokoh animasi sebagai role model atau karakter yang bisa menjadi contoh bagi anak-anak. Sehingga dibuatlah karakter tokoh yang baik, jujur, sopan pada orang tua, tangguh, dan terlihat keren. Hingga lupa bahwa sebuah tokoh yang terlalu sempurna justru membuat tokoh tersebut tidak menarik dan membuat karakter tersebut kurang bisa di eksplorasi lebih luas. Tokoh yang terlalu sempurna justru membuat tokoh tersebut membosankan sehingga membuat penonton tidak menaruh bersimpati pada tokoh tersebut. Justru tokoh yang memiliki sedikit kelemahan atau konflik batin, bisa membuat tokoh tersebut menjadi unik dan berbeda.
Apakah animator Indonesia kurang jumlahnya?
Animator kita sebenarnya ada, bahkan beberapa terlibat dalam proyek animasi terkenal seperti Iron Man, The adventure of Tintin, dalam beberapa film animasi Disney, anime jepang dan banyak lagi. Namun kebanyakan dari mereka memilih untuk berkarya di luar negeri karena industri di sana sudah berkembang jauh dan bisa memberikan apresiasi lebih kepada mereka. Walau ada juga beberapa animator Indonesia yang berkarya di dalam negeri. Ada banyak anak-anak muda kreatif yang mencoba memulai peruntungan dengan membuat gambar atau komik di media sosial. Beberapa bahkan  mencoba membuat animasi pendek sendiri dengan grafik yang sederhana tetapi bisa menarik minat penonton sehingga nama mereka menjadi terangkat.