Mohon tunggu...
Ochi Aja
Ochi Aja Mohon Tunggu... -

Simple and ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngaji, Apa Nyari Massa..??

17 Mei 2011   04:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu... duluuu... sekali, saat saya sedang haus hausnya akan ilmu agama(sekarang masih sih, cuman gak se getol dulu semangatnya :) ), saya senang saat ada beberapa teman yang mengajak saya ngaji. Mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan agama Islam, yang sebelumnya saya tidak tahu.

"Kalau sholat itu harus paham bacaannya, biar bisa konsentrasi dan lebih khusuk", kata salah satu guru saya.

Bener juga ya, pikir saya. Lantas, saya yang masih buta agama, mulai lah menghafal dan mencoba memahami bacaan sholat yang biasanya tidak saya acuhkan artinya.

"Begini lho, aturan Islam tentang cara berpakaian untuk wanita..." kata guru/pembina saya di lain waktu. Saat kami sedang membicarakan tentang adab berpakaian. Dan saya pun bersyukur, karena sudah diberi tahu masalah itu. Padahal sebelumnya, saya termasuk anak perempuan yang cuek abis masalah pakaian.

Berbagai pelajaran tentang agama Islam pun saya dapatkan juga dari berbagai buku yang saya baca.

Kemudian, sekitar akhir tahun 90-an, saat reformasi bergulir dan mulai banyak partai politik baru yang tumbuh, maka kajian agama yang saya ikuti sedikit demi sedikit mulai berbau-bau politik juga.

Saya pikir, well, nggak ada salahnya juga ya, bicara politik sedikit. Karena Islam kan memang agama yang universal.

Selanjutnya, saat pemilu berlangsung... eng ing eng... ternyata kami kemudian dituntun untuk menjadi jurkam dari salah satu parpol. Waaks... saya mulai gamang. Entahlah. Niat saya tadinya hanya ingin mengenal lebih jauh agama saya. Saya pingin ngaji. Itu doang. Bukan jadi jurkam, apalagi jadi penggalang massa...

Namun, saya ikuti juga kegiatan itu, walau dengan setengah hati. Melihat betapa teman-teman saya dengan bersemangat menerangkan ke masyarakat di sekitar mereka tentang keunggulan parpol itu, mendengar mereka berapi-api berkisah tentang betapa kelak, akan tercipta sebuah pemerintahan yang ideal, jika parpol itu menang dalam pemilu, saya semakin gamang.

Beberapa teman, bahkan ikhlas menjual harta benda mereka demi membelikan kaos yang bergambar logo parpol itu, saat masa kampanye berlangsung. Semua demi memenangkan calon wakil rakyat yang berasal dari parpol itu.

Janji-janji dan harapan bertebaran dimana-mana. Benarkah apa yang dikatakan oleh mereka? kadang tanya itu muncul dalam hati saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun